Mohon tunggu...
Christopher Wayne
Christopher Wayne Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya pelajar SMA Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Semakin Mendesak

19 Mei 2024   18:02 Diperbarui: 19 Mei 2024   18:20 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perubahan iklim kini menjadi salah satu isu paling mendesak di dunia, dengan dampak yang semakin dirasakan di berbagai belahan bumi. Laporan terbaru dari Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa suhu global telah meningkat sebesar 1,1 derajat Celsius sejak era pra-industri, dengan prediksi peningkatan hingga 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030 jika tidak ada tindakan signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. 

Musim panas tahun lalu mencatat suhu tertinggi di banyak negara, termasuk wilayah Eropa dan Asia. Gelombang panas yang ekstrem di Eropa pada musim panas 2023 menyebabkan lebih dari 61.000 kematian terkait panas, menurut European Union’s Copernicus Climate Change Service. Di sisi lain, banjir besar di beberapa wilayah Amerika dan Asia telah menghancurkan ribuan rumah dan memaksa jutaan orang mengungsi. Di Pakistan, banjir yang melanda pada tahun 2022 mengakibatkan lebih dari 1.700 kematian dan kerugian ekonomi sebesar $30 miliar, berdasarkan laporan Bank Dunia. 

Dampak perubahan iklim juga dirasakan di sektor pertanian. Kekeringan berkepanjangan di berbagai daerah mengancam ketahanan pangan global, mengingat banyak lahan pertanian yang menjadi tidak produktif. Sebuah laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa produksi biji-bijian global menurun sebanyak 2,4% pada tahun 2022, sementara harga pangan global mencapai rekor tertinggi. 

Selain itu, perubahan iklim juga mengancam keanekaragaman hayati. Banyak spesies flora dan fauna yang kehilangan habitat alami mereka akibat deforestasi, naiknya permukaan air laut, dan pergeseran iklim. Laporan dari World Wildlife Fund (WWF) menyebutkan bahwa populasi satwa liar telah menurun rata-rata 68% sejak tahun 1970, dengan perubahan iklim sebagai salah satu penyebab utama. 

Para ilmuwan dan aktivis lingkungan menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini. Mereka mendorong pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam energi terbarukan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menerapkan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Kesepakatan internasional seperti Perjanjian Paris, yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius, dianggap sebagai langkah penting. Namun, laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) menunjukkan bahwa komitmen saat ini hanya cukup untuk mengurangi pemanasan hingga 2,7 derajat Celsius, jauh di atas target yang diinginkan. 

Masyarakat juga diajak untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, beralih ke transportasi ramah lingkungan, dan mendukung produk lokal dapat memberikan dampak positif. Pendidikan dan kesadaran lingkungan diharapkan dapat membentuk generasi yang lebih peduli terhadap masa depan bumi. 

Perubahan iklim bukanlah masalah yang bisa diabaikan. Ini adalah tantangan global yang membutuhkan kerjasama lintas negara dan lintas sektor. Dengan tindakan kolektif dan komitmen kuat, masih ada harapan untuk membatasi dampak perubahan iklim dan melindungi planet ini untuk generasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun