Mohon tunggu...
Christopher Valiant Setyoputro
Christopher Valiant Setyoputro Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar SMA Kanisius

Memberikan opini-opini berdasarkan prepektif anak SMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Belajar Untuk Mengajar: Pengalaman anggota RHAI Kolese Kanisius

16 September 2024   22:20 Diperbarui: 16 September 2024   22:41 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolese Kanisius sekolah saya dikenal tidak hanya karena pencapaian akademiknya, tetapi juga karena nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan pada para siswanya. Salah satu ajaran yang mendasar adalah konsep 4C1L: Leadership, Komitmen, Kepedulian, Hati Nurani, dan Kepandaian. Nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan di dalam kelas, tetapi juga melalui berbagai kegiatan dan komunitas, salah satunya adalah komunitas Rumah Hebat Anak Indonesia (RHAI). Pengalaman saya dengan RHAI merupakan salah satu yang paling berkesan selama masa sekolah di Kanisius, karena komunitas ini memberikan kesempatan untuk belajar sambil berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.

RHAI bertujuan untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu, khususnya dalam hal pendidikan. Kami, sebagai anggota komunitas, terlibat dalam mengajar anak-anak dari tingkat taman kanak-kanak hingga Sekolah Dasar (SD). Di komunitas ini, kami mengajarkan keterampilan dasar seperti menulis huruf A sampai Z, penggunaan huruf kapital, serta angka dan operasi dasar matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Setiap sesi, kami berusaha membuat materi pelajaran menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak, bahkan kami sering memasukkan kegiatan menggambar untuk menambah variasi dan memperkaya pengalaman belajar mereka.

Dokumentasi Komunitas RHAI 
Dokumentasi Komunitas RHAI 

Pada awal kelas 10 yaitu tahun 2022-2023, RHAI melakukan kegiatan di taman terbuka di daerah Lebak Bulus. Pengalaman mengajar di sana mengajarkan saya banyak hal, mulai dari bagaimana cara berinteraksi dengan anak-anak hingga strategi untuk menjaga perhatian mereka agar tetap fokus. Tantangan tersebut sangat membantu saya dalam mengembangkan keterampilan komunikasi dan kesabaran. Seiring berjalannya waktu, memasuki kelas 11 di tahun 2023 juga, komunitas kami mendapatkan tempat belajar yang lebih permanen di sebuah perumahan di daerah yang sama, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih terstruktur.

Namun, sayangnya pada akhir kelas 11 hingga tahun 2024, komunitas RHAI mengalami penurunan aktivitas. Kekurangan tenaga pengajar dari siswa Kanisius serta semakin berkurangnya keaktifan anggota menjadi penyebab utama komunitas ini tidak lagi berjalan seperti sebelumnya. Ini tentu menjadi pengalaman yang disayangkan karena banyak anak yang masih membutuhkan bantuan kami.

Meski demikian, harapan masih ada. Saya percaya bahwa dengan komitmen dan inisiatif dari siswa-siswa Kanisius di masa mendatang, RHAI dapat bangkit kembali dan melanjutkan misinya untuk membantu anak-anak yang membutuhkan. Komunitas ini tidak hanya menjadi sarana belajar bagi anak-anak yang diajari, tetapi juga bagi kami sebagai pengajar, karena melalui RHAI kami belajar tentang arti kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab sosial.

Meskipun RHAI saat ini sedang vakum, nilai-nilai yang saya dapatkan dari komunitas ini masih terus melekat. Mengajar anak-anak dari latar belakang yang berbeda mengajarkan saya arti penting dari kesetaraan dalam akses pendidikan. Saya belajar bahwa setiap anak memiliki potensi yang besar jika diberikan kesempatan, dan tugas kami sebagai pengajar adalah membantu mereka menyadari potensi tersebut. Melalui pengalaman ini, saya memahami bahwa pendidikan adalah salah satu jalan untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

Selain itu, RHAI juga mengajarkan pentingnya kolaborasi. Kami sebagai pengajar sering bekerja dalam tim membagi tugas dan menghadapi tantangan bersama. Rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama membuat pengalaman di RHAI semakin berharga. Komunitas ini bukan hanya soal mengajar, tetapi juga tentang membangun solidaritas dan menciptakan dampak positif di masyarakat.

Meskipun RHAI sekarang terhenti di Kanisius, saya berharap bahwa inisiatif seperti ini dapat dilanjutkan dan bahkan dikembangkan lebih jauh di masa depan. Banyak anak di luar sana yang masih membutuhkan dukungan pendidikan, dan komunitas seperti RHAI bisa menjadi jembatan yang menghubungkan niat baik dengan aksi nyata. Kolese Kanisius, dengan nilai-nilai hidup yang diajarkan, memiliki peran penting dalam membentuk pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga peduli terhadap sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun