Kebakaran yang melanda Gunung Bromo di Jawa Timur baru-baru ini telah menciptakan gelombang ketidakpercayaan dan kemarahan dalam masyarakat. Penyebabnya adalah "flare prewedding" yang dinyalakan oleh seorang manajer wedding organizer (WO) bernama Andrie. Kejadian tragis ini telah menghancurkan hampir 989 hektar lahan, mengakibatkan kerugian materil sekitar Rp 8,3 miliar, dan merusak ekosistem yang unik di kawasan Bromo.
Kronologi Kebakaran Bromo
Kebakaran Gunung Bromo yang terjadi pada tahun 2023 adalah hasil dari tindakan tidak bertanggung jawab yang menghancurkan keindahan alam. Andrie, manajer WO, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Perannya bukan hanya sebagai penanggung jawab WO tetapi juga sebagai penyedia ide dan konsep penggunaan flare dalam sesi foto prewedding. Tindakan sembrono ini telah melanggar hukum yang mengatur kehutanan dan perlindungan lingkungan.
Tindakan Andrie mengakibatkan dirinya dijerat dengan Pasal 50 ayat 3 huruf D jo Pasal 78 ayat 4 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yang telah diubah melalui pasal 50 ayat 2 huruf b Jo Pasal 78 ayat 5 UU No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI No. 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Ancaman hukuman penjara hingga 5 tahun dan denda sebesar Rp 1,5 miliar menggantung di atas kepalanya.
Kasus ini awalnya ditangani oleh Polres Probolinggo tetapi kemudian ditarik oleh Polda Jatim pada tanggal 22 September 2023. Salah satu alasan di balik pengambilalihan ini adalah besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut. Kerugian materil mencakup biaya pemadaman, hilangnya habitat, dan kerugian akibat hilangnya jasa rekreasi. Total kerugian mencapai Rp 8,3 miliar.
Dampak Luas Kebakaran Bromo
Kebakaran Gunung Bromo bukan hanya masalah hukum tetapi juga dampak ekologis dan sosial yang meresahkan. Kawasan Bromo adalah salah satu tujuan wisata yang terkenal di Indonesia, menarik ribuan pengunjung setiap tahun. Keindahan alam dan ekosistemnya yang unik telah mengalami kerusakan serius. Kerugian materil, seperti biaya pemadaman dan pemulihan ekosistem, adalah salah satu aspek dari kerusakan ini.
Namun, kerugian yang lebih dalam adalah hilangnya habitat dan dampaknya pada jasa ekosistem. Ekosistem di sekitar Bromo adalah tempat tinggal bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan langka yang sekarang terancam punah. Selain itu, hilangnya jasa rekreasi juga mempengaruhi pendapatan dan mata pencaharian lokal.
Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan
Kasus kebakaran Bromo harus mengingatkan kita tentang pentingnya tanggung jawab lingkungan. Setiap tindakan yang merusak alam dapat memiliki dampak yang sangat besar pada ekosistem dan masyarakat. Keberlanjutan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama.
Selain penegakan hukum yang adil terhadap pelanggar lingkungan seperti Andrie, edukasi dan kesadaran lingkungan juga penting. Masyarakat perlu memahami pentingnya menjaga alam dan tidak merusaknya demi kepentingan pribadi. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat mencegah tragedi seperti kebakaran Bromo terulang di masa depan.
Kasus kebakaran Bromo adalah pengingat keras tentang kerapuhan alam di depan tindakan manusia yang ceroboh. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam dan menghindari perbuatan yang dapat merusaknya. Dengan menjalankan tanggung jawab kita terhadap lingkungan, kita dapat memastikan bahwa keindahan alam seperti Gunung Bromo akan tetap ada untuk dinikmati oleh generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H