"Jika tidak ada musuh di dalam, musuh di luar tidak bisa menyakitimu." - Winston S. Churchill
Integrasi Nasional & Hakikatnya
Integrasi Nasional merupakan bentuk persatuan dan kesatuan antara beragam kelompok sosial dan budaya yang meliputi: Ras, Etnis, Agama, dll. Integrasi Nasional dibagi dalam 2 pengertian, yaitu pengertian secara politis dan antropologis. Arti Integrasi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Sementara, menurut sejarahwan Inggris, William Howard Wringgins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mernjadi satu bangsa.
      Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, dapat dikatakan hakikat integrasi nasional adalah usaha atau proses mempersatukan perbedaan-perbedaan dalam suatu negara berdasarkan bahasa, darah, sejarah, tanah, dan tujuan yang sama sehingga tercapainya keserasian nasional. Secara politis, Integrasi Nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional. Sementara dalam sudut pandang antropologis, Integrasi merupakan proses penyesuaian antar unsur-unsur kebudayaan yang beragam untuk mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Syarat Terjadinya Integrasi Nasional
Keberhasilan Integrasi Nasional di suatu negara terjadi apabila memenuhi syarat berikut.
- Kesadaran akan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan
Masyarakat harus memiliki kesadaran bahwa persatuan dan kesatuan adalah nilai penting yang perlu dijaga untuk mencapai tujuan bersama sebagai bangsa. - Konsensus Bersama dalam Kelompok Masyarakat
- Konsensus bersama dalam integrasi nasional merujuk pada kesepakatan yang dicapai oleh berbagai kelompok masyarakat dalam suatu negara untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
- Kesepakatan tentang Norma dan Nilai yang Berlaku
Ada kesepakatan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat mengenai norma dan nilai yang dijunjung bersama. Norma ini berfungsi sebagai panduan dalam interaksi sosial dan menjaga keharmonisan.
Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional
Faktor Pendorong Integrasi Nasional:
- Perasaan senasib dan mempunyai tujuan yang sama (Ernest Renan).
- Rasa cinta tanah air dan bangsa yang diwujudkan dalam Upaya memperoleh kemerdekaan.
- Keinginan Bersatu, seperti yang telah dinyatakan dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
- Kekuasaan kolonialisme Belanda yang lebih dari 350 tahun membentuknya rasa senasib sebagai negara jajahan yang memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi bangas yang Merdeka dan berdaulat.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional:
- Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan.
- Kuatnya paham etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang berfokus pada Masyarakat serta budaya sendiri.
- Pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang tidak merata yang mendorong muncul ketidakpuasan daerah terhadap pemerintah pusat.
Disintegrasi Nasional
      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disintegrasi adalah keadaan tidak Bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Masyarakat yang terintegrasi merupakan harapan setiap negara, baik negara yang wilayahnya kecil dan tidak banyak keberagaman Masyarakat maupun negara yang wilayahnya besar dan memiliki keberagaman Masyarakat yang banyak. Masyarakat yang berhasil dalam membangun Integrasi Nasional memiliki kekuatan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan membangun kejayaan nasional. Hal ini merupakan hal yang masih menjadi cita-cita bagi bangsa Indonesia, karena masih banyaknya upaya-upaya pemberontakan sejak masa awal kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.
Pemberontakan yang Pernah Terjadi di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia -- Demokrasi Terpimpin
- Pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada September 1948.
- Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia yang bertujuan memisahkan diri dari NKRI dan membentuk Negara Islam Indonesia.
- DI/TII Jawa Barat
- DI/TII Jawa Tengah
- DI/TII Aceh
- DI/TII Sulawesi Selatan
- Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang bertujuan untuk mempertahankan berdirinya Negara Pasundan.
- Pemberontakan Andi Azis di Makassar yang menolak Negara Indonesia Timur (NIT) bergabung menjadi NKRI.
- Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang merupakan Gerakan separatis yang menolak integrasi dan ingin membentuk negara sendiri diluar NIT dan NKRI.
- Pemberontakan PRRI/Permesta yang bertujuan untuk penyamarataan Pembangunan dan ekonomi yang pada saat itu tidak seimbang dengan Pembangunan yang ada di pulau Jawa dengan yang di daerah lain.
- Pemberontakan G30S/PKI yang bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan atau kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia.
Pemberontakan Andi Azis
      Pemberontakan Andi Azis terjadi di Makassar yang dipimpin oleh Andi Azis. Hal ini dilatarbelakangi oleh asal muasal Andi Azis yang merupakan mantan dari perwira KNIL yang tergabung dalam pasukan APRIS dan juga mantan ajudan presiden NIT. Sekitar tahun 1950-an, terjadinya perpecahan antara rakyat yang mendukung pergabungan NIT dengan RI.
      Ketegangan di Makassar pun membuat pemerintah RIS mengirimkan 900 pasukan APRIS yang berasal dari TNI ke Makassar yang bertujuan untuk melakukan pengamanan di wilayah tersebut. Hal ini membuat pasukan Andi Azis terdesak dan mereka bergabung menjadi "Pasukan Bebas" yang memberontak dan menyerang markas APRIS di Makassar.
Upaya Menghadapi Ancaman
Dari pemberontakan Andi Azis kita bisa belajar bahwa hal-hal seperti perbedaan pendapat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perpecahan, karena itu sebagai pelajar yang hidup dalam suatu lingkungan Masyarakat kita harus mengembangkan Wawasan Kebangsaan yang memahami pentingnya persatuan di tengah keberagaman.
Sementara, dari pihak pemerintah, pemerintah dapat memperkuat ideologi negara kita, yaitu Pancasila, dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan ideologi yang mengikat seluruh keberagaman dalam bangsa. Pemerintah juga dapat melakukan Pembangunan yang merata diseluruh wilayah negara, agar tidak terjadinya kecemburuan antar daerah.