The highest result of education is tolerance.
 - Helen Keller
Mengapa Kita Belajar Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menerima perbedaan, baik dalam hal kepercayaan, budaya, maupun pendapat. Toleransi merupakan prinsip dasar yang penting untuk menciptakan kerukunan dalam masyarakat yang beragam.Â
Toleransi berperan sebagai mediator yang menghubungkan semua kelompok suku, ras, dan agama. Ini memungkinkan orang-orang dari berbagai latar belakang berbeda untuk hidup bersama dengan damai. Melalui toleransi, kita tidak hanya menghargai keberagaman, tapi juga dapat belajar dari perbedaan untuk saling melengkapi. Oleh karena itu, nilai-nilai toleransi harus dipelajari. Ini adalah tujuan dari ekskursi tahun ini.
Pesantren Al-Mizan
Pesantren adalah sebuah lembaga keagamaan yang terkenal dan sering ditemukan di Indonesia. Di lembaga ini, terdapat banyak sekolah asrama yang berfokus pada sisi keagamaan manusia sebagai aspek penting dalam kehidupan. Itulah yang saya dan teman-teman saya dulu ketahui tentangnya. Namun, dengan ekskursi ini, kami dapat membuka mata kami ke kehidupan seharian anak-anak Pesantren.
Di antara pesantren-pesantren di Indonesia, terdapat Al-Mizan yang berada di Jatiwangi, Jawa Barat. Al-Mizan sendiri bukan hanya sebuah sekolah asrama, tetapi juga sekolah biasa yang memfasilitasi siswa dari kelas 1 hingga kelas 12. Al-Mizan adalah lembaga pembelajaran yang luas yang memfasilitasi studi akademis dan studi agama bersamaan.
Al-Mizan sendiri adalah sekolah asrama yang unik oleh karena salah satu nilai intinya yaitu toleransi. Sama seperti kami di Kanisius yang mengangkat 4C1L, Ad Majorem Dei Gloriam, dan Persevera sebagai motto utama kami, Al-Mizan juga memiliki banyak motto. Salah satunya berfokus pada pembangunan toleransi antar agama. Fokus ini juga merupakan tujuan kami dalam ekskursi ini.
Hari 1 - Kesan Pertama
Hari pertama kami dimulai dengan sambutan sederhana tapi sangat meriah dari banyak siswa Al-Mizan, yang dikenal sebagai Santri dan Santriwati. Saat kami disambut, banyak siswa yang menyambut kami dan beberapa orang menari untuk kami. Setelah formalitas selesai, kami makan siang dan diantar ke ruangan kami masing-masing. Kelompok kami yang berjumlah 28 orang dibagi ke  3 kamar, dengan rata-rata 8 hingga 10 siswa di setiap kamar.
Seiring berjalannya waktu, kami diantar oleh Perwakilan Siswa ke berbagai kelas mereka. Kelas-kelas tersebut berfokus pada keterampilan sosial. Selama seluruh kelas itu, kami hanya duduk dan mendengarkan para siswa dan guru berbicara karena kami tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Ini terjadi karena mayoritas dari kami tidak tahu bahasa Arab.
Setelah makan malam pada pukul 8 malam, kami kembali ke kelas masing-masing. Kali ini, ada pelajaran Haji yang merupakan bagian dari kurikulum agama. Pelajaran tersebut berfokus pada 3 materi yang berbeda tetapi saling terkait, yang meliputi kosakata, tata bahasa, dan contoh kalimat. Seperti sebelumnya, kami hanya duduk dan mendengarkan. Tidak lama kemudian, kami mendapat kesempatan untuk memperkenalkan diri.Â
Dengan satu perwakilan laki-laki dan perempuan serta perwakilan Canisius, kami dapat mengetahui lebih banyak tentang kehidupan dan jadwal mereka sehari-hari. Mereka juga dapat mengetahui kehidupan dan jadwal kami berkat perkenalan diri ini. Setelah itu, pada jam 10 malam, kami mempersiapkan diri untuk hari berikutnya.