UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. UMKM berkontribusi sekitar 61,97% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2022. Namun, UMKM juga menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah akses permodalan yang terbatas.
Salah satu kebijakan moneter yang dapat mendorong pertumbuhan UMKM adalah penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga akan membuat biaya pinjaman menjadi lebih murah, sehingga UMKM dapat lebih mudah mengakses permodalan. Hal ini akan mendorong UMKM untuk berinvestasi dan mengembangkan usahanya. Selain penurunan suku bunga, bank sentral juga dapat menerapkan kebijakan moneter lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan UMKM, seperti:
* Peningkatan likuiditas
Peningkatan likuiditas akan membuat bank-bank memiliki lebih banyak dana untuk disalurkan kepada UMKM.
* Pengembangan infrastruktur keuangan
Pengembangan infrastruktur keuangan akan memudahkan UMKM untuk mengakses permodalan.
* Peningkatan literasi keuangan
Peningkatan literasi keuangan akan membuat UMKM lebih memahami produk dan layanan keuangan, sehingga UMKM dapat memanfaatkan layanan keuangan secara optimal.
Bank Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Pada tahun 2022, Bank Indonesia telah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%. BI 7DRR merupakan suku bunga acuan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menentukan suku bunga kredit. Penurunan BI 7DRR tersebut telah mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan. Hal ini telah membuat UMKM lebih mudah mengakses permodalan dan mengembangkan usahanya.
Kebijakan moneter bank sentral merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Kebijakan moneter yang tepat dapat meningkatkan akses permodalan dan daya saing UMKM, sehingga UMKM dapat lebih berperan dalam perekonomian Indonesia.
Berikut adalah beberapa contoh dampak positif kebijakan moneter bank sentral terhadap UMKM: