Belakangan ini, Kereta Rel Listrik (KRL) makin padat di jam kerja. "Bagaikan manusia geprek", sebuah istilah yang cocok untuk menggambarkan situasi yang terjadi.
Bukan tanpa alasan, KRL sudah menjadi moda transportasi pilihan banyak orang dari tahun ke tahun. Pekerja, pedagang, pelajar, dan masyarakat lain turut menggunakan KRL sebagai kaki mereka untuk berpindah antar stasiun. Bahkan, KRL telah menjadi tulang punggung transportasi umum di wilayah Jabodetabek, menghubungkan berbagai kota satelit dengan Jakarta.
Namun, sangat disayangkan, cepatnya penambahan jumlah penumpang KRL tidak secepat penambahan jumlah armadanya. KAI mencatat bahwa jumlah penumpang KRL di bulan Januari hingga Juli 2024 tembus hingga 191.895.323 orang. Padahal, jumlah armada yang beroperasi pada 2024 hanya 89 rangkaian kereta (trainset), sementara untuk operasional normal membutuhkan 101 trainset.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor krusial yang menyebabkan KRL Jabodetabek makin sumpek. Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penumpang KRL Jabodetabek mencapai 26.848 ribu orang pada Januari 2024 dan terus meningkat hingga 29.241 ribu orang pada Juli 2024.
KAI Commuter juga mencatat bahwa pada awal minggu Juli 2024, mereka layani 1,13 juta pengguna dalam satu minggu, mencatat rekor volume tertinggi. Namun, dengan jumlah armada yang masih terbatas, penumpang harus bersabar dengan kondisi yang semakin padat.
Kepadatan ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko keselamatan. Penumpang seringkali harus berdesakan dan berdiri selama perjalanan, yang tentunya tidak ideal dari segi kenyamanan maupun keamanan. Banyak penumpang yang mengeluh tentang lamanya waktu tunggu di stasiun, terutama pada jam-jam sibuk, yang dapat mencapai hingga 30 menit atau lebih.
Tidak bisa dipungkiri, KRL Jabodetabek memang memegang peran penting dalam mobilitas harian masyarakat. Namun, dengan kondisi seperti ini, sudah saatnya pemerintah dan pihak terkait memikirkan solusi jangka panjang. Beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan antara lain:
Penambahan Armada dan Peremajaan Kereta:
Menambah jumlah armada kereta dan mempercepat proses peremajaan kereta yang sudah tua. Ini akan membantu mengurangi kepadatan dan meningkatkan kenyamanan penumpang.
Perbaikan Infrastruktur:
Meningkatkan kapasitas stasiun-stasiun utama dengan memperluas platform dan menambah jalur kereta. Hal ini akan mengurangi waktu tunggu dan memudahkan aliran penumpang.
Peningkatan Jadwal Kereta:
Menambah frekuensi kereta terutama pada jam-jam sibuk. Dengan menambah frekuensi kereta, diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu dan kepadatan penumpang.