Mohon tunggu...
Carlo Saputro
Carlo Saputro Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA

Suka mengamati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KRL Jabodetabek Makin Padat! Penumpang Harus Naik Apa Lagi?

23 November 2024   10:35 Diperbarui: 23 November 2024   10:42 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Bekasi pada Jam Pulang Kerja (Dokumentasi Pribadi 2024)

Belakangan ini, Kereta Rel Listrik (KRL) makin padat di jam kerja. "Bagaikan manusia geprek", sebuah istilah yang cocok untuk menggambarkan situasi yang terjadi.

Bukan tanpa alasan, KRL sudah menjadi moda transportasi pilihan banyak orang dari tahun ke tahun. Pekerja, pedagang, pelajar, dan masyarakat lain turut menggunakan KRL sebagai kaki mereka untuk berpindah antar stasiun. Bahkan, KRL telah menjadi tulang punggung transportasi umum di wilayah Jabodetabek, menghubungkan berbagai kota satelit dengan Jakarta.

Namun, sangat disayangkan, cepatnya penambahan jumlah penumpang KRL tidak secepat penambahan jumlah armadanya. KAI mencatat bahwa jumlah penumpang KRL di bulan Januari hingga Juli 2024 tembus hingga 191.895.323 orang. Padahal, jumlah armada yang beroperasi pada 2024 hanya 89 rangkaian kereta (trainset), sementara untuk operasional normal membutuhkan 101 trainset.

Hal tersebut menjadi salah satu faktor krusial yang menyebabkan KRL Jabodetabek makin sumpek. Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penumpang KRL Jabodetabek mencapai 26.848 ribu orang pada Januari 2024 dan terus meningkat hingga 29.241 ribu orang pada Juli 2024.

KAI Commuter juga mencatat bahwa pada awal minggu Juli 2024, mereka layani 1,13 juta pengguna dalam satu minggu, mencatat rekor volume tertinggi. Namun, dengan jumlah armada yang masih terbatas, penumpang harus bersabar dengan kondisi yang semakin padat.

Kepadatan ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko keselamatan. Penumpang seringkali harus berdesakan dan berdiri selama perjalanan, yang tentunya tidak ideal dari segi kenyamanan maupun keamanan. Banyak penumpang yang mengeluh tentang lamanya waktu tunggu di stasiun, terutama pada jam-jam sibuk, yang dapat mencapai hingga 30 menit atau lebih.

Tidak bisa dipungkiri, KRL Jabodetabek memang memegang peran penting dalam mobilitas harian masyarakat. Namun, dengan kondisi seperti ini, sudah saatnya pemerintah dan pihak terkait memikirkan solusi jangka panjang. Beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan antara lain:

Penambahan Armada dan Peremajaan Kereta:
Menambah jumlah armada kereta dan mempercepat proses peremajaan kereta yang sudah tua. Ini akan membantu mengurangi kepadatan dan meningkatkan kenyamanan penumpang.

Perbaikan Infrastruktur:
Meningkatkan kapasitas stasiun-stasiun utama dengan memperluas platform dan menambah jalur kereta. Hal ini akan mengurangi waktu tunggu dan memudahkan aliran penumpang.

Peningkatan Jadwal Kereta:
Menambah frekuensi kereta terutama pada jam-jam sibuk. Dengan menambah frekuensi kereta, diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu dan kepadatan penumpang.

Integrasi dengan Moda Transportasi Lain:
Meningkatkan integrasi antara KRL dengan moda transportasi lain seperti bus, MRT, LRT, dan transportasi online. Hal ini akan memberikan alternatif bagi penumpang dan mengurangi ketergantungan pada KRL.

Edukasi dan Sosialisasi:
Melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ketertiban dan keselamatan selama menggunakan KRL. Selain itu, sosialisasi mengenai penggunaan moda transportasi alternatif juga perlu ditingkatkan.

Diharapkan dengan adanya langkah-langkah tersebut, masalah kepadatan KRL bisa teratasi dan memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi para pengguna. Namun, semua ini tentunya membutuhkan kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, KAI, dan masyarakat.

KAI juga berkomitmen untuk meningkatkan jumlah armadanya hingga mencapai 12 gerbong dalam satu rangkaian mulai tahun 2025. Namun, hingga saat ini, penumpang harus tetap menghadapi kenyamanan yang terbatas dan waktu tunggu yang panjang.

Apakah ada solusi yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini? Mungkin perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, KAI, dan masyarakat untuk mencari solusi yang lebih efektif. Dari sisi lain, penumpang juga bisa mempertimbangkan alternatif moda transportasi lain selama masa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun