Mohon tunggu...
Chrisntna UtariS
Chrisntna UtariS Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masalah Pribadi menjadi Konsumsi Publik

24 April 2021   08:24 Diperbarui: 24 April 2021   08:27 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya antara individu dengan individu lainnya tidak bisa melepaskan diri dari suatu masalah khususnya komunikasi interpersonal. Banyak faktor yang menyebabkan hubungan antarindividu mengalami keretakan, seperti ketidaksukaan, perdebatan, pertengkaran, dan perselisihan. Masalah ini terjadi secara menyeluruh bagi suatu keluarga, persahabatan, hubungan percintaan, hingga suami-istri. Karakter manusia juga berbeda ada yang to the point dalam menyelesaikan masalah, sebaliknya ada yang lebih memilih untuk memendam perasaan. Konsekuensi setiap tindakan pasti berdampak pada pola komunikasi diantara pihak yang sedang memiliki masalah.

Penyelesaian masalah komunikasi di masa lalu dengan masa sekarang sangatlah berbeda. Di masa sekarang dengan arus globalisasi dan pengembangan teknologi membuat komunikasi intensif meskipun bersifat tidak langsung. Komunikasi menggunakan gadget atau smartphone melalui media sosial, seperti whatsapp, instagram, facebook, dan twitter. Setiap individu di dunia khususnya Indonesia tidak lupur dari penggunaan media sosial. Fenomena ini berdampak pada pola penyelesaian komunikasi diantara pihak yang bertikai. Bahkan, ini tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa melainkan kalangan artis, tokoh masyarakat, atau publik figur mengubah pola komunikasinya.

Pasti kalian pernah bahkan sering melihat pengguna media sosial khususnya instagram yang kontennya berupa menyindir atau mengungkapkan masalahnya kepada pengguna lainnya. Padahal mereka merupakan teman dekat dan sering berkomunikasi langsung di dunia nyata. Masalah pribadi yang diumbar ke ranah publik melalui instagram telah menjadi kebudayaan bagi masyarakat Indonesia. Sebelumnya telah disinggung bahwa hampir seluruh kalangan merasa senang mengungkapkan masalahnya di instagram dibandingkan secara personel untuk diselesaikannya. Seolah-olah seluruh pengguna media sosial harus mengetahui semua masalah pribadi.

Semakin masalahnya didengar dan direspon banyak orang maka mengakibatkan rasa kebanggan pada diri sendiri. Secara tidak langsung sebenarnya, masalah pribadi dengan seseorang atau kelompok tertentu justru membuat masalah tersebut semakin luas dan berlarut-larut. Ditambah, pihak yang dibicarakan di instagram belum tentu memahami maksudnya sehingga masalah tidak kunjung selesai. Pihak yang bertikai tidak akan bersedia untuk saling bertemu yang berdampak pada retaknya hubungan antarpribadi, keluarga, dan pertemanan atau lingkungan sekitarnya. Bahkan, ada masalah tertentu yang berisikan 'aib' atau masalah benar-benar pribadi yang tidak bisa disebarkan namun tetap disebarkan di instagram dengan menyebutkan nama orang lain. Ini mengakibatkan rasa malu dan pandangan buruk dari pengguna lainnya terhadap pihak yang sedang bertikai tersebut.

Tidak hanya pertemanan, masalah ini terjadi pada hubungan keluarga dekat yang seharusnya konflik berada di dalam rumah tetapi berimbas pada status di instagram. Masalah ini lebih kompleks dan sulit ketika suatu keluarga menjadikan masalahnya menjadi konsumsi publik. Hubungan suami-istri yang terkena masalah dan disebarkan ke publik tidak jarang berakibatkan pada perceraian. Konsekuensi dari masalah pribadi menjadi publik akan mengundang pihak tertentu sebagai provokator atau individu yang membuat masalah tertentu semakin kompleks. Meskipun ada potensi pihak lain yang menjadi penengah atau pemberi motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan masalah tertentu.      

Padahal apa sulitnya menyelesaikan masalah pribadi kepada orang lain secara face to face atau langsung. Apabila menggunakan saling sindir-menyindir dan menggunakan perumpamaan membuat masalah semakin besar. Hubungan antarpribadi sangatlah penting khususnya untuk lingkungan keluarga atau pertemanan yang telah terjalin sejak lama. To the point adalah kunci dari penguatan hubungan baik antarpersonal. Sebenarnya suatu masalah menjadi lebih besar dan kompleks apabila terjadi kesalahpahaman antara dua pihak atau lebih. Mereka biasanya salah menafsirkan atau adanya kegagalan dalam proses komunikasi sehingga mengakibatkan konflik. Permasalahan komunikasi ini sebaiknya tidak dijadikan menjadi konsumsi publik. Nantinya, berdampak pada citra buruk dan pandangan negatif kepada seluruh pihak yang bertikai. Kita harus menutup kebudayaan saling sindiri di media sosial apabila ada masalah pribadi dengan orang lain. Biasakanlah diselesaikan secara langsung dan face to face.

Adapun tips-tips untuk menguatkan hubungan antarpribadi dalam masalah ini dapat dilihat secara teoritis dan praktis. Wiryanto menyebutkan hubungan antarpersonal harus mengedepankan etika dan memenuhi kaidah efektivitas komunikasi, meliputi keterbukaan, empati, dukungan, dan kesetaraan (Wiryanto, 2004). Masalah pribadi diselesaikan dengan penuh empati dan keterbukaan dimana pihak bertikai saling mengeluarkan sumber masalah. Andrew Dubrin menjelaskan beberapa pendekatan untuk menyelesaikan masalah, seperti kompetisi, akomodasi, kompromi, kolaborasi, dan menghindar. Pendekatan yang sesuai adalah kolaborasi dengan menunjukkan win-win solution atau saling menguntungkan diantara pihak yang bertikai. Kedua pihak akan terbangun pemahaman, tujuan, dan rasa yang sama ketika proses penyelesaian sedang berlangsung (Dubrin, 2004). Kolaborasi harus diterapkan sebelum menjadikan masalah untuk ke tingkat konsumsi publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun