Mohon tunggu...
christinnal
christinnal Mohon Tunggu... Lainnya - Musafir

Segala cinta adalah milik Allah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Dia Memanggilku Ibu

3 Desember 2024   20:29 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : anak memegang tangan https://www.canva.com/design/DAGYPFjGGnY/i-l42pXyE7PJhPBsLqojsA/edit

 Bagaimana perasaanmu jika orang yang tak kamu kenal tiba-tiba dengan  lincah memanggilmu ibu? kedengaran aneh bukan?,mungkin juga sangat komikal? Yha begitulah yang aku alami. Muda begini dipanggil ibu,menurut ku sapaan ibu hanya dikhususkan untuk perempuan yang sudah menikah ataupun yang sudah memiliki anak,dan aku? masih muda banget...begitu pikirku..begitulah yang terjadi pada suatu siang ketika seorang anak perempuan berambut keriting berbaju hijau lengan panjang berlarian kearahku dan  menyodorkan kedua tangannya untuk segera memelukku..aku terpaku,seraya kaget melihat tingkah asing anak itu, itu merupakan hari pertama aku menginjakkan kaki  ditempat yang sangat hijau nan ramai itu ditambah lagi anak-anak berlarian kesana kemari di sebuah lapangan hijau   nan luas sedang mempraktekkan ujian olahraganya..Apakah itu benar tapi entahlah ...namun akupun segera membalas pelukan anak itu, dia tidak terlalu tinggi,dan ia hanya memeluk hingga bagian perutku,lucu namun terharu."ibu.....ucapnya sambil berlari dengan kedua tangan memegang sapu lidi,dan dengan segera menyingkirkan dari tangannya dan segera memelukku."bisakah aku memangilmu ibu?"suaranya halus nan lembut itu menyisakan pikiran kalut bercampur haru yang tak pernah usai,sehingga memberanikanku bertanya kepada seorang suster yang sudah sangat senior ditempat itu dan kebetulan merupakan tetangga dari anak tersebut."Suster,boleh kah saya tahu mengapa anak perempuan itu memanggilku ibu?"kata ku dengan penuh hati-hati

Dengarlah nak,bahwa disini adalah anak-anak yang memiliki latar belakang keluarga yang berbeda,ada yang tidak tahu siapa ayahnya,siapa ibu bahkan tidak mengenal siapa orang tuanya sehingga disini mereka memanggil perawat serta para suster yang merawat mereka dengan sebutan ibu,karena sejak kecil telah diajarkan bahwa setiap orang yang merawat mereka merupakan ayah ataupun ibu mereka"kata suster berkacamata itu

Pernyataannya yang menguras air mata  telah membuatku untuk beralih langkah menemui anak tadi.posisinya ternyata tidak berubah ia  yang sedang menyapu halaman rumahnya..segera aku sapa  serta menanyakan namanya, sebab sejak pertemuan yang pertama kali itu kami belum sempat berkenalan nama,dengan senang hati pula ia dengan lincah menyodorkan tangan kanannya utuk memberitahu namanya,dengan terbata --bata ia memberitahuku siapa dia,dengan ekspresi wajah senyum dan bola mata bening yang memperlihatkan kepadaku segala isi dunia didalamnya,senyumannya yang terpancar dari bibir dan kedua bola matanya itu membawaku pun untuk segera memberitahukan namaku dan Kemudian segera memeluk  ,tubuhnya yang mungil  itu. Dengan balasan yang sama ia pun memelukku erat. Ini merupakan pengalaman pendewasaanku pertama kalinya dan awal aku dipanggil untuk merawat anak-anak yang luar biasa itu. Euforiaku sudah semakin sempurna mengalahkan hujan yang hendak menenggelamkan pelangi pada matanya. Aku berhasil.

Hari demi hari, dalam perjalananku,aku masih belum akrab dengan semua anak-anak yang ada ditempat ini ,semua asing bagai dipadang belantara .. belum lagi saat aku melihat dan menjumpai anak perempuan cantik berbadan pas-passan sedang asyik bersama teman-temannya berbicara dengan bahasa yang tak aku mengerti , asing bagiku..."bicara apa itu"tanyaku dalam hati,aku tidak begitu dengan cepat bertanya kepada seorang teman cewek yang berada disekitarku yang kebetulan dia sedikit lama berada disitu,sebab bagiku banyak keunikan yang ada disini.

gerakan tangan dan bibirnya yang begitu cepat menyilaukan pandangan mata..percakapan itu memicu adrenalinku untuk terus beruforia mengalahkan jiwa ku yang terselimuti oleh rasa penasaran. Sungguh tertarik pada model percakapan itu dan meski sebenarnya saya tidak tahu sedikitpun perihal bicaranya.gerakan tangannya yang lihai kesana kemari serta gerakan bibir yang mengisyaratkan tangannya membujukku untuk paham,dan anehnya orang --orang disekitar mereka dengan lebih cepat menggerakan bibir membaca percakapan itu,aku sekali lagi termangu.dan aku tersadar saat temanku mengajakku untuk pulang ke tempat penginapan kami,sejenak aku bermonolog perihal anak-anak tadi,lalu aku bertanya pada teman perjalannku,barangkali ia bisa memberikan penjelasan yang jelas tentang anak-anak yang telah membuatku terpukau itu,nama temanku itu lara,saya yakin ia bisa menjelaskannya karena ia sudah lam berada ditempat itu "Ra,menurutmu anak-anak tadi sedang sdang percakapkan apa,dengan gerakan tangan dan bibirnya yang begitu cepat?"Ia Tin,mereka adalah anak-anak tuna rungu wicara,jadi yang tadi itu adalah bentuk percakapan mereka agar orang-orangbtahu tentang apa yang mereka maksudkan,jawabnya dengan penjelasan yang disertai dengan gerakan tangannya,dan aku merasa dia juga ikut mempraktekkan apa yang dilakukan anak-anak tadi dan aku masih belum mengerti apa maksudnya dengan sebutan tunarungu wicara,maka aku memberanikan diri lagi untuk mengetahui tentang kata-kata itu,aku tak peduli bila ia menganggapku terlalu kepo atau banyak bertanya"tunarungu wicara itu apalagi? kataku"maksudnya adalah istilah untuk anak-anak yang tidak bisa mendengar dan berbicara,dan bahasa yang tadi dinamakan bahasa isyarat,bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi setiap hari"aku lagi-lagi terperangah  dengan jawabannya itu ,apakah kamu mengerti dengan apa yang mereka katakan? Sambungku"yha sedikit mengerti karena saya belum mempelajari komunikasi itu,dan suatu hari nanti kamu juga pasti mengerti dengan bahasa mereka itu,karena kita hars belajar berbicara isyarat dengan mereka"tandasnya

langkah kami makin cepat hingga tak terasa 2 jam diperjalanan membicarakan tentang anak-anak itu"akh,,sungguh sangat penasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun