belajar melalui  WA online di KBMN. Tetap seru, seru, dan seru. Tema yang selalu menarik dan sangat bermanfaat semakin membuat kita ingin selalu ikut tergabung di dalamnya. Moderator berpengalaman kali ini adalah  Ibu Raliyanti dari Tim Solid Omjay (TSO).  Â
Kembali kami mengikuti acara rutinKegiatan KBMN ini sangat berharga dan bermanfaat bagi para anggotanya. Mengapa? Karena kami sambil  belajar menulis secara langsung/ praktik, nantinya kami juga akan mendapatkan sertifikat dan mencetak buku solo. Siapa yang nggak mau? Selain itu yang perlu diketahui, dalam KBMN tidak ada pembelajaran yang membahas teori karena anggota KBMN banyak yang sudah bisa menulis, kalaupun ada yang belum lancar atau belum terbiasa menulis tidak masalah. karena bisa langsung praktik. Tapi ingat ya, di KBMN tidak boleh malu untuk menulis. Harus percaya diri. Jika kita malu menulis atau mungkin tidak bisa me manage waktu mungkin akan tertinggal.Â
Tema kita kali ini sangat menarik. Temanya adalah MENJADI PENULIS BUKU MAYOR. Bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke penerbit mayor? Wait. Kita berkenalan dulu dengan narasumber hebat kita kali ini, beliau adalah  Bapak Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP. Wow nggak main-main narasumbernya.
Diawal narasumber meluruskan bahwa judul sharing pertemuan ke-26 ini agak kurang tepat pada istilah BUKU MAYOR, Â yang tepat adalah PENERBIT MAYOR.
Seorang penulis pasti memiliki mimpi jika suatu ketika nanti bukunya bisa diterbitkan oleh PENERBIT MAYOR, maka kita harus tahu dulu seluk beluk penerbitan buku.
Jumlah PENERBIT MAYOR DI INDONESIA tidak banyak. Untuk menjadi penerbit mayor, harus memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek atau cepat, tetapi bisa sampai puluhan tahun untuk sampai pada penerbit mayor.
Syarat menjadi penerbit mayor adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku yang jumlahnya  puluhan ribu judul dan setiap tahun penerbit ini harus mampu menerbitkan buku sebanyak ratusan buku secara konsiaten.
 Ini adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0 yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya-karya kreatif.
Kita tahu, penerbit adalah  Industri kreatif yang di dalamnya ada kolabarasi insan-insan kreatif seperti misalnya: Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis.
Ada berbagai macam jenis buku, biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan seperti ini:
Dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiksi dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti di bawah ini:
Buku Perguruan tinggi dibedakan menjadi  dua lagi yaotu buku Eksak dan Non Eksak.
Narasumber mengajak kita untuk melihat grafis-grafis hasil survei yang menggambarkan dunia perbukuan di Indonesia.Â