Mohon tunggu...
Christina Anggreani
Christina Anggreani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

sederhana dan ga ribet ^0^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kawah Dolok Si Tinggi Raja

22 Januari 2014   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Kota Bandung punya Kawah Putih, di Sumatera Utara punya Kawah Dolok Si Tinggi Raja.  Kawah yang dulunya sudah terkenal sejak tahun 80-an, tetapi seiring dengan perkembangan waktu, kawasan wisata ini sempat terlupakan. Kawah Sitinggi Raja adalah salah satu kawasan daerah wisata yang terletak di Nagori Dolok Marawa Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun dan untuk pertama kalinya di tahun 2011 saya bersama teman-teman mengunjungi kawah ini. Jalanan yang kami lalui sangat rusak dan hanyabisa di tempuh dengan menggunakan mobil jeep atau sepeda motor, dan di beberapa bagian jalan kita harus berhenti dan bejalan kaki mendorong kereta. Tetapi perjalanan selama 4 jam dari Kota Medan ini terbayarkan dengan indahnya pemandangan yang kami dapat. Suasana masih sepi kali, sepi pengunjung dan cuma ada satu juru kunci yang berada di sana yaitu Opung Saragi.  Selain menikmati pemandangan kawah, kita bisa bermain ke sungai dan berendam di bagian yang mengalir air hangat.  Sungguh menyenangkan.

Diawal tahun 2014 saya merindukan suasana Kawah ini dan memutuskan untuk berangkat kembali, kali ini akses kesana sudah ga sesusah dulu, kawasan wisata ini sudah terkenal kembali.  Melewati Desa Bangun Purba dan Silinda ada jalan sejauh 8 Km yang sedikit parah, karena masih terbentuk dari semen dan campuran tanah tapi sudah layak jalan.  Jalan ini di buat karena ada pelatihan angkatan militer di daerah tersebut.  Sudah ga sabar sekali rasanya ingin segera sampai. Angkutan umum bisa naik angkot nomor 04 berwarna kuning dari Terminal Amplas, Medan tetapi hanya bisa mengantar sampai ke Desa Silinda, sampai di sini kita harus menyewa ojek dari warga setempat kalau ada.

13903777011963085778
13903777011963085778
Kawah pertama yg terlihat bentuknya seperti kolam, berwarna sangat biru airnya. Cantik dan bersih, disini kita bernarsis ria, hehe...Bagi yang ingin ke toilet di sinilah tempatnya,  bisa numpang di rumah penduduk. Perjalanan di lanjutkan sekitar 5 menit sampai lah ke lokasi parkir. Sudah banyak mobil yang parkir dan banyak tenda biru. Sekejap aku terbayang tahun 2011, cuma ada satu pondok punya Opung Saragi selaku juru kunci, dan sekarang dia pun sudah ga ada. Masih sama berjalan sekitar 15 menitan menuju ke lokasi kawah, aku terkejut juga tenda biru di mana-mana, ga cuma itu sampah juga ikut menghiasi bukit-bukit kapur. Sedikit kecewa dengan suasana yg agak berantakan.

13903779601442587573
13903779601442587573

Dari kejauhan terlihat kolam biru yang melebar, haha itu air kawahnya, melebar. Ternyata benar kata Opung Saragi,  kawahnya bisa mati dan berpindah tempat. Setelah memandangi dengan seksama emang beda banget dan lokasi nya berpindah. Kawah yang dulu sudah mati dan sekarang menjadi tumpukan bukit kapur biasa. Ga bisa main lempar-lemparan salju panas lagi.  Agenda makan siang kali ini adalah sambil memandangi indahnya kawah. Kawahnya indah.  Gabungan antara warna putih dan biru serta aliran air panasnya akan tetap membuat orang yang melihat suka.  Kawah sekarang ini dihiasi dengan batang-batang pohon yang pernah tumbuh sebelumnya. Jalan menuju ke sungai udah ada tangga,  lupa ingat sih dulu ada tangga atau ga, tapi yang pasti sekarang ini jalannya uda bagus dan tetap tenda biru bertebar di mana-mana bahkan sampai di sungainya juga ada. Jalur terakhir menuju sungai sedikit curam dan harus ekstra hati-hati. Sungainya masih seperti dulu, batu kapur tepat menghiasi sebagian dindingnya, dan kran air panas alami masih ada. Di bagian salah satu tebing ga hanya batu kapur yang menghiasi tebing, tetapi juga sampah membentuk tebingnya sendiri turut serta menghiasi.  Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sampah masih kurang, sampah masih di buang ke sungai.

Wah situasinya sungguh jauh berbeda, hehe.. Di tahun 2011 lokasi ini sangat sepi dan menyenangkan, seperti milik pribadi dan bersih pastinya. Sekarang menjadi lebih ramai, bukan tidak senang orang lain juga tau daerah ini, tetapi

13903781481371572408
13903781481371572408

yang tidak menyenangkan adalah mereka ga bisa menjaga kebersihan. Semoga mereka cepat sadar sebelum alam marah. Secara pribadi saya beruntung pernah kemari saat lokasi ini sempat terlupakan. Marilah teman-teman sekalian ingatlah untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan  kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun