Pandemi yang menghantam Indonesia hampir tiga tahun ini, benar-benar melumpuhkan Indonesia. Salah satunya dibidang pendidikan yang benar-benar lumpuh, karena seluruh kegiatan pembelajaran diubah mengunakan moda daring. Jelas saja ini sangat berdampak pada kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak peserta didik yang tidak bisa menyerap materi pembelajaran dengan baik, keadaan seperti ini sangat meresah para rekan guru. Belum lagi tuntun kurikulim yang memaksa peserta didik agar bisa menuntaskan setiap mata pelajaran yang dibebankan. Keadaan seperti ini semakin membuat rumit dunia pendidikan. Kenyataan di sekolah juga menjukan hasil tes formatif peserta didik yang kurang memuaskan, keaktifan peserta didik juga belum terlihat pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Menindak lanjuti kerumitan tersebut Mas Mentri Nadiem Makarim mulai memberi ijin untuk melakukan pembelajaran tatap muka terbatas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu juga, Mas Mentri memberikan terobosan baru dengan megusung kurikulum Merdeka Belajar. Kemendikbudristek menawarkan kurikulum yang lebih fleksibel. Kurikulum tersebut akan lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat materi. Sebelum menerapkan Merdeka Belajar pada siswa, guru terlebih dahulu mengikuti pelatihan Merdeka Belajar selama 2 minggu. Pada awal pelatihan semua guru merasa berat dan terbebani, karena setiap malam harus belajar terlebih dahulu materi yang akan disampaikan esok pagi, dan mengerjakan semua tugas yang diberikan pada saat itu juga, karena esok paginya tugas tersebut akan dibahas bersama-sama. Setelah selesai mengikuti pelatihan selama dua minggu, guru mencoba membuat modul pembelajaran yang berisi tentang kegitan pembelajaran dan sudah mulai merepkan Merdeka Belajar. Kali ini guru mulai mengalami kesulitan kembali, karena belum terbiasa membuat kegiatan pembelajaran menggunakan Merdeka Belajar. Memulai kegiatan dari: Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar Materi, Aksinyata.
Walaupun sering mengalami kesulitan dalam menerapkan Merdeka Belajar, guru tak patah semangat untik terus mencoba. Salah satunya dari guru pengampu mata pelajaran IPAS di SMK Theresiana Semarang.Guru abad 21 ini tetap mencoba menerapkan Merdeka Belajar pada peserta didikanya. Ketika sudah susah payah membuat kegiatan belajar yang menerapkan Merdeka Belajara, ternyata respon peserta didik pun belum baik, yang seharusnya peserta didik membaca materi dan mengisi beberapa butir pertanyaan pada malam harinya, sehingga pada keesokan harinya peserta didik sudah ada bekal ketika mengikuti pelajaran, justru tidak di lakukan. Selain itu, keatifan peserta didik pada saat pembelajaran juga belum nampak. Keadaan ini membuat guru semakin menyerah untuk terus menerapkan Merdeka Belajar. Kegitan Merdeka belajar yang diharapkan adalah kegiatan berbasis proyek untuk memacu kreativitas dan keaktifan peserta didik benar-benar belum terlaksana. Akhirnya guru abad 21 ini tetap bersikeras agar Merdeka Belajar dapat terus terlaksana dan mendapat timbal balik yang baik dari peserta didik. Guru pengampu mapel IPAS ini mencoba mendalami ada yang sedang di gemari para peserta didiknya. Ternyata, setelah mencari tahu dari beberapa peserta didik, guru tersebut menemukan apa yang sedang digemari peserta didikanya. Ia kembali membuat kegiatan pembelajaran yang menerapkan Merdeka Belajar dan pada bagian Ruang Kolabasi, guru memberikan proyek pada peserta didik untuk membuat ekosistem yang seimbang, namun sebelumnya peserta didik diminta menyelesaikan tantangan Squid Game (Dalgona Candy) secara berkelompok. Kelompok yang berhasil menyelesaikan tantangan akan mampu membentuk ekosistem yang simbang, justru kebalikannya kelompok yang tidak bisa menyelesaikan tantangan akan membentuk ekosistem yang tidak seimbang. Kegitan ini ternyata mendapat respon baik dari peserta didik. Kekreativitasan peserta didik terlihat pada saat menyelesaikan tantangan Squid Game (Dalgona Candy). Mereka berpikir bebas, bagaimana caranya agar dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan. Keaktifan pun sudah terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Guru juga tidak lupa menyampaikan kepada peserta didik bahwa Squid Game hanyalah serial film yang hanya bisa tonton, namun segala tindakan yang tidak pantas ditiru tidak boleh dipraktekkan dalam keseharian. Â
Merdeka Bejar memang hal yang baru di dunia pendidikan, semua hal baru pasti mengalami kendala dalam pelaksanaan awalnya, namun kita sebagai pendidik tidak bisa hanya menyerah menghadapi tantangan ini, justru kita sebagai pendidik harus terus mencoba dan berinovasi agar kegiatan Merdeka Belajar dapat terlaksana dengan baik di dalam kelas.
Mari kita banyak belajar dan perbanyak pengetahuan dari KOCOcshool dari link berikut  www.kocoschools.com dan https://blog.kocoschools.com/academy/Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H