Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sepasang Mata Milik Sang Pujangga

7 Februari 2025   12:23 Diperbarui: 7 Februari 2025   12:47 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Awan pagi itu seperti berlari kencang menuju Sang Fajar
Berarak-arak meninggalkan apa saja yang ada di belakangnya
Dan deru suara angin yang menghempaskan segalanya...
Menyempurnakan keindahan alam yang terhampar di atas

Langit masih tampak membiru meski awan-awan mencoba menutupi
Yang terus berarak-arak bak permadani yang hidup
Berlarian ke arah yang telah pasti dalam hidup dan kehidupan ini
Menuju cahaya yang ternyata mampu mengobarkan semangat dan daya hidup

Ah, cobalah lihat ke atas sekali lagi...
Bukankah awan-awan itu masih berlari sangat kencang sambil tersenyum manis?
Dan meski tampak tergesa-gesa dengan kecepatan enam belas kilo meter per jam...
Tersirat kebahagiaan yang tak dapat disangkal

Dan kini lihatlah ke bawah...
Banyak pohon tumbang dan akar tercerabut dari tanah
Bersanding mesra dengan daun-daun yang berguguran dan berserakan
Membuat segalanya menjadi centang perenang...
Apakah ini ulah angin kencang dari arah barat?

Aku adalah sepasang mata milik Sang Pujangga
Saksi yang benar dan setia untuk apa yang kulihat
Dan aku akan tetap selalu diam dalam diam
Meski Sang Pujangga menggubahku menjadi kata-kata sesuai dengan fantasinya
Aku tak akan menilai keindahan hidup yang kusaksikan...
Hanya dari satu sudut pandang saja

Awan pagi itu memang seperti berlari kencang menuju Sang Fajar
Berarak-arak meninggalkan apa saja yang ada di belakangnya
Akankah insan manusia juga berlari kencang menuju cahaya Ilahi setiap saat?
Ataukah menunggu hujan petir dan angin kencang mendorongnya?
Ah, aku hanyalah sepasang mata, yang tak akan memperdebatkan hal ini dengan tuanku Sang Pujangga...

Bandungan, 7 Februari 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Serunai...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun