Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karena Aku Adalah Sebuah Aksara

1 Januari 2025   17:37 Diperbarui: 1 Januari 2025   17:37 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Salahkan bila kisah indah di awal tahun belum mulai ditulis?
Karena semua kata di dalam pikiran dan hati tak terbaca dengan jernih?
Ah, padahal suara kicau burung sudah terdengar memecah hening
Bersahut-sahutan memulai hari dengan hati yang bening
Dan aku memang belum ditentukan sampai saat ini
Karena aku hanyalah sebuah aksara yang akan terukir

Pena sudah ada di tangan
Tetapi akhir cerita belumlah direncanakan
Bagaimana isi cerita dapat dituangkan?
Jendela yang kotor oleh debu itu memang mestinya dibuka saja
Untuk membiarkan Sang Fajar menerangi hati gelap rawan
Agar dapat kau temukan kembali kata-kata yang sempat menghilang

Wahai Sang Pujangga...
Meraih sesuatu di kejauhan bukanlah sebuah fatamorgana
Jika ego di dalam diri tidak menghalanginya... (benarkah?)
Baiknyalah angin memang menyibaknya dengan sempurna
Agar sesuatu yang bersinar itu perlahan-lahan mendekat
Hingga dapat kau rasakan secara nyata
Dan ketika semua penghalang telah terlepas
Kau dapat mulai menuliskan aku pada lembaran pertama

Rasakanlah juga rintik hujan di kulitmu yang bening
Karena tak ada yang bisa merasakannya selain dirimu sendiri
Hanya engkau sendirilah yang bisa membuat itu terjadi
Dan tak ada yang bisa mewakili kata-kata yang lahir dari pikiran dan hati
Dengan begitu jelas dan bisa dimengerti
Selain oleh empunya sendiri

Wahai sang pujangga cantik
Pena sudah di tangan
Tidakkah mulai kau ukir kisah indah tentang hari baru ini?
Mengucapkannya ke dalam bentuk tulisan dengan penuh makna?
Dan memenuhi hatimu dengan kata-kata yang tersimpan selama ini ?
Untuk mulai menjalani hidup baru dengan senyum terkembang?

Hari ini buku kehidupanmu mestinya mulai dituliskan
Dan aku rela menjadi huruf yang pertama
Sisanya adalah semua hal yang selama ini kau pendam
Di balik tirai kabut bernama ego yang melekat sangat erat
Maka biarkanlah hari ini aku melanggar tradisi
Meski upayaku tak jarang melewati batas-batas dan juga kaidah

Entahlah, mengapa banyak kata dalam puisi seringkali dikondisikan
Oleh aturan dan rima agar tampak indah
Sama sekali tidak boleh ada satu pun kesalahan
Tetapi aku tidaklah bisa selalu demikian...
Karena salah pengetikan terkadang bisa membuatku tertawa
Dan itu sangatlah menyenangkan
Bisakah Sang Pujangga juga turut merasakannya?

Wahai Sang Pujangga yang cantik nan rupawan
Mari bersama-sama menatap lembaran kertas kosong yang ada di atas meja
Kemudian membuka jendela yang kotor oleh debu dengan selebar-lebarnya
Membiarkan Sang Fajar menerangi hati gelap rawan
Meski masih banyak kata-kata yang belum ditemukan
Tetapi pena sudah di tangan
Dan aku sudah mulai bisa dituliskan
Karena aku adalah sebuah aksara

Selamat Tahun Baru 
Bandungan, 1 Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun