Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bolehkan Aku Berdiri di Bawah Sinar Bulan?

30 November 2024   03:30 Diperbarui: 30 November 2024   03:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Picsart diolah oleh Anak Saya

Bolehkah aku berdiri tepat di bawah sinar bulan?
Mencoba memasuki mimpi indahku di masa silam?
Yang kini telah menjadi kenyataan?

Hari ini aku benar-benar memikirkan mimpi itu
Seraya mendengarkan rintik hujan menyuarakan rindu
Pada bau wangi tanah yang selalu menggoda untuk direngkuh

Di dalam mimpi itu aku seperti berada di pinggir jalan
Menghadap hamparan sawah yang telah menguning keemasan
Yang di atasnya tampak bulan bundar dengan cahaya jingga yang sangat terang

Di dalam mimpi itu aku merasa bahagia
Menyaksikan pemandangan yang sungguh indah nan sempurna
Hingga saat terbangun kudapati senyumku masih mengembang

Aku pun menceritakan mimpiku itu kepada daun saat pagi tiba
Dan embun segera menjatuhkan diri ke tanah...
Menetes dengan sempurna, turut larut dalam kisahku tentang keindahan sang rembulan

Kata primbon, mimpi seperti itu adalah simbol keberuntungan
Akan datangnya ratu yang dirindukan
Untuk menduduki takhta dengan keluhuran budinya

Selang beberapa waktu setelah mimpi itu
Masa estrus pun datang kepadaku
Kemudian kudapati aku telah mengandung

Dan tepat di minggu kesepuluh
Rasa bahagia dalam mimpi itu kembali datang kepadaku
Membawaku seperti berdiri tepat di bawah sinar bulan itu

Hari itu bayi perempuanku benar-benar lahir ke dunia
Menjadi ratu jelita di rumah mungilku yang kelak menjadi istananya
Membawa hawa bahagia dengan keluhuran budinya

Salahkah bila hari ini aku benar-benar memikirkan mimpi itu?
Seraya mendengarkan rintik hujan menyuarakan rindu?
Pada bau wangi tanah yang selalu menggoda untuk direngkuh?

Siapa yang menyangka waktu berlalu secepat kedipan mata
Dan hari ini putriku telah tumbuh dewasa
Aku benar-benar merasa beruntung dengan kehadirannya

Mataku pun selalu enggan berkedip melihat kecantikannya
Dan senyum manisnya selalu menjadi pengingat mimpi-mimpiku di masa silam
Sekaligus menyadarkan bahwa diriku memang sang pemimpi keindahan

Maka, bolehkah aku berdiri tepat di bawah sinar bulan?
Mencoba memasuki mimpi indahku di masa silam?
Meskipun aku hanyalah seekor kucing betina?

Bandungan, 30 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Oh, Embun...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun