Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Bulan Juni yang Terasa Begitu Romantis

16 Juni 2024   16:37 Diperbarui: 16 Juni 2024   16:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by Anak Papi

Aku terduduk diam dalam keheningan yang sangat sunyi
Saat bulan Juni terasa begitu romantis
Sampai terdengar suara seruling melengking
Memekakkan telinga dan merobek semua hening
Apakah Dewa Bayu memang sedang memanggil angin turun ke Bumi?
Untuk membawakan pesan tentang cinta, kerinduan, dan juga kasih di dalam hujan petir?

Hingga sesaat kemudian, aku melihat para dara dan daun-daun berhamburan dari kesetiaannya
Diempas pusaran angin yang tak lagi dapat dielakkan
Di antara desah napas yang menderu kencang dalam kobaran api asmara
Apakah angin benar-benar telah merobek keheningan para dara?
Hingga memaksa Dewa Asmara turun dari singgasananya?
Untuk menebarkan suasana kasih, yang mampu menghadirkan perasaan cinta, kesetiaan dan juga kebahagiaan?

Lalu, bagaimana dengan nasib keheninganku?
Warna biru yang melambangkan kesetiaan itu akhirnya meminjamkan sayapnya kepadaku
Membawaku terbang bagai layang-layang untuk mencari keheningan di langit biru
Yang ternyata, malah membuatku terombang-ambing pada benang cinta yang sangat halus
Dalam gelora rindu yang semakin membara dan mengharu biru
Yang bila dilukiskan, tentu akan mampu membakar seluruh kota menjadi abu

Seperti para dara dan daun-daun yang berhamburan tak tentu arah
Aku pun merasakan mabuk kepayang pada saat berada di ketinggian
Sampai tak lagi ada daya dan juga hasrat di dalam jiwa yang tersisa, kecuali kesetiaan...
Dan topeng-topeng yang selama ini menutupi wajahku, akhirnya satu per satu berjatuhan
Untuk melepaskan seluruh ego yang selama ini melekat sangat erat
Agar kembali tunduk hanya pada tuntunan cahayaNYA

Tentu tak mudah mengulur dan menarik benang yang sangat halus dan lembut
Di dalam mata badai dan pusaran angin yang sangat dahsyat di bawah awan kelabu
Butuh cinta berlapis-lapis, daya yang kuat, kehati-hatian dan juga ketelitian untuk itu
Agar benang cinta, tak putus pada ketinggian langit biru
Dari ketinggian, samar-samar aku melihat peluh suamiku menetes tatkala menarikku turun
Membuat hati ini menjerit dan ingin sekali mengusap peluhnya dengan lembut

Tetapi, jarak itu masih sangatlah jauh meski hanya sebatas kerinduan
Ada debar dan denyar di jantung hatiku yang kemudian sulit untuk dijelaskan
Saat akhirnya kami dapat beradu pandang
Saat jarak itu semakin dekat
Saat jarak itu akhirnya menghilang di ujung cahaya
Saat kusadari, suamiku adalah kesadaranku yang terlepas


Maka, bertemu saja menjadi tak lagi cukup
Biarkan aku jatuh cinta berkali-kali pada suamiku
Untuk dapat memberikan kehangatan dan sentuhan lembut
Mencairkan hatinya yang dingin membeku
Setelah diempas hujan badai di bawah langit biru
Pada saat meraihku kembali ke dalam peluk rindu

Maka, disaksikan para dara dan daun-daun yang telah kembali ke dalam keheningan
Biarkan aku yang sejati jatuh ke dalam pelukan suamiku tercinta dengan seutuhnya
Menjadi hadiah terindah dari Tuhan untuknya
Selama-lamanya kan selalu menjadi miliknya
Menyatu dan lebur dalam kasih ikhlasnya di ujung cahaya
Pada bulan Juni yang terasa begitu romantis

Bandungan, 16 Juni 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun