Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjadi Raja Tanpa Mahkota

28 Juli 2023   22:22 Diperbarui: 28 Juli 2023   22:22 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by Anak Saya

Langkahnya begitu pasti untuk pergi dari dunianya
Berjalan bersama luka dan seluruh kecewa
Menembus dingin dan pekatnya malam gulita
Dengan tak lagi menghiraukan sakit yang meremas hatinya

Keberaniannya tak perlu diragukan
Untuk memasuki rimba belantara menuju arah matahari dilahirkan
Meskipun tak berharap mentari bersinar lagi untuknya
Ia terus berjalan bersama rasa perih dari luka di hatinya yang menganga

Begitulah awal ia pergi tanpa pesan kepada angin malam yang dilewatinya
Dunianya begitu kelam setelah mendapat keadilan dari Sang Ratu
Yang telah memotong setengah hatinya dengan pedang keadilan
Hingga ia tinggalkan mahkotanya menuju ke arah timur

Namun ketika konspirasi terungkap diikuti dengan segunung penyesalan
Dapatkah waktu diputar kembali seperti pada awal sebelum penghakiman?
Dapatkah luka itu dipulihkan dalam sekejap mata?
Atau diterbangkan seperti debu jalanan yang tertiup angin?

Sang Putra Mahkota itu pun akhirnya terseok-seok berjalan melewati gelapnya malam yang begitu pekat tanpa sedikit pun cahaya
Namun putihnya hati tetap dijaganya sepanjang perjalanan yang begitu panjang
Sebelum keduanya ditinggalkan begitu saja di puncak malam
Menuju cahaya keikhlasan yang ada di hadapannya

Luka itu akhirnya telah mengering seiring dan sejauh kakinya melangkah
Luka baru tak akan ada lagi untuknya
Maka ia pun menghampiri rembulan dengan senyum dan kelembutan
Selamanya ia akan yakinkan diri untuk senantiasa berjalan di dalam keikhlasan

Dan Surga telah menantinya di ujung cahaya rembulan
Dengan sebuah mahkota indah yang telah disiapkan untuknya
Menjadi raja semesta dambaan seluruh makhluk ciptaan Tuhan
Sebuah puncak pencapaian dari perjalanan menuju kepadaNYA

Dipegang dan diterimanya mahkota itu dengan kerendahan hatinya
Dikatakannya dengan sepenuh hati di hadapan Semesta Raya
Bahwa kemenangan dalam perjalanannya itu adalah kemenangan bersama
Maka ia pun mengucapkan terima kasih atas peran Iblis dan juga Malaikat

Iblis yang menggoda imannya di sepanjang perjalanan di gelap gulita
Dan Malaikat yang selalu membantu meneguhkan iman dengan cahaya putihnya
Maka ketika keduanya lebur di dalam keikhlasan
Jalan cahaya menuju kepada Tuhan menjadi begitu terang benderang

Mahkota itu masih dipegang dengan kerendahan hatinya
Kemudian diserahkan kembali kepada Sang Raja Alam Semesta
Karena baginya yang berhak mengenakan mahkota adalah Sang Pencipta sendiri
Tak kan tergantikan oleh satu pun makhluk ciptaanNYA

Bandungan, 28 Juli 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun