Air matanya tak lagi seperti rintik hujan di bulan Juni
Ia telah sampai pada puncak kesedihan hatinya yang didekap kerinduan
Memandang jauh kekasih hatinya yang berada di seberang puncak kepedihannya
Meninggalkannya seorang diri dalam badai kesedihan tak berbatas
Merobek keheningan jiwanya yang sunyi senyap
Hingga rintik hujan air matanya semakin menderas
Mencoba menghapus setiap kisah sendu yang terselip di setiap butirannya
Kedua telapak tangannya kemudian terbuka
Mencoba menangkap air matanya dengan doa dan harapan
Mengurai kisah di setiap butirannya dengan lebih jujur
Mendengarkan perasaannya yang paling dalam dengan seulas senyum di sela tangisan
Serupa kabut yang membungkus luka
Bukan saja menghilangkan rupanya
Tetapi melenyapkan dan meleburnya dalam keikhlasan yang sungguh sempurna
Benang-benang kerinduan kemudian ia ulurkan dengan setulus hati
Menerbangkan kesedihan yang telah berganti rupa menjadi sebuah asa
Bagai layang-layang yang telah merdeka
Terbang bebas di angkasa dengan mimpi-mimpi hari esok yang lebih indah
Membawanya pada hari ini tanpa sedikit pun penyesalan akan yang telah lalu
Bersama rintik hujan air mata bulan Juni
Yang telah menderas bak mata air kehidupan
Bandungan, 22 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H