Mohon tunggu...
Christina Liapradipta
Christina Liapradipta Mohon Tunggu... -

suatu ruang gerak untuk segala hal yang ada di dalam benak, supaya sebelum terinjak-injak sudah terlanjur meninggalkan jejak.\r\njejak kicau kacau dalam 160 karakter: @thadipta, jejak gambar dalam instagram: cliapradipta, jejak ruang benak lain: bungalililembah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

1 Dekade Facebook dan Generasi Menunduk

10 Februari 2014   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_321835" align="aligncenter" width="602" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompasiana)"][/caption]

Iseng-iseng saya melihat kembali akun jejaring sosial Facebook yang sudah jarang saya gunakan. Kebetulan akun tersebut sedang merayakan dasawarsanya. Facebook sendiri tercatat memiliki kurang lebih 60an juta pengguna aktif di Indonesia.

1392026635740514779
1392026635740514779

Layanan jejaring sosial milik Mark Zuckerberg ini menghadiahi pengguna aktifnya dengan video unik berjudul “Look Back”. Video yang berdurasi 1 menit ini berisi rekam jejak pengguna facebook dari tahun ke tahun, mulai dari potongan foto, status, event dengan “like” terbanyak. Bahkan pengguna diberi kebebasan mengedit tampilan potongan peristiwa dengan pilihan yang disediakan sebelum diunggah di halaman untuk dibagikan dengan teman.

13920268251146630092
13920268251146630092

Seperti yang kita tau, akun multifungsi seperti Facebook memungkinkan kita untuk dapat berteman dengan siapa saja dan membagi apa saja. Mulai dari status yang hendak diupdate sewaktu-waktu, foto dengan kapasitas 200 foto pada satu album, menandai teman-teman untuk aktivitas jejaring kita, hingga undangan event yang kita kehendaki untuk dihadiri misalnya; acara reunian, acara event tematis, acara nikahan, sunatan, dll. Bahkan di jamannya, kita latah mengunggah status yang bombastis atau foto lelucon hanya sekedar mendapat like dan komentar sebanyak-banyaknya. Tak hanya itu, kita terkadang menambah teman sebanyak-banyaknya hingga ribuan. Belum tentu semuanya dikenal. Tidak seperti sebagian teman, saya hanya akan mengijinkan teman yang saya kenal untuk nyampah dengan indah di halaman.

Banyaknya teman yang diijinkan saling berbagi di halaman seperti teman dari TK hingga kini sudah berumah tangga, juga privatisasi informasi yang hendak dibagi menjadi pilihan yang menguntungkan atau bahkan menjadi boomerang bagi penggunanya. Mengapa saya katakan boomerang? Contoh sederhana; anak muda labil yang tengah berasyik masyuk beromansa mengumbar kemesraan di media sosialnya tujuannya mungkin membagi kebahagiaan, atau mereka yang memilih curhat dengan harapan menemukan solusi atau hanya ingin membagi keresahan walau tidak menutup kemungkinan membuat teman yang membaca bosan dan enggan berkomentar, selain itu bergonta ganti pasangan dalam info relationship status. Benarkah informasi pribadi ini layak dikonsumsi publik? Bukankah menyenangkan jika orang lain tidak menghakimi kita berdasarkan status atau apapun yang kita kemukakan di jejaring sosial? Sekali lagi, semua dikembalikan ke masing-masing individu.

Salah satu yang menguntungkan, Facebook juga menampilkan aplikasi pengingat hari ulang tahun. Bayangkan betapa Facebook ini menggeser kegunaan kalender manual penuh coretan. Dan lagi-lagi tanpa dipungkiri kita mengandalkan akun ini untuk mengingatkan tanggal ulang tahun teman bukan? Naif memang. Anggap saja ini sisi positif yang menguntungkan sekaligus membutakan. Mungkinkan kita mengingat tanggal ulang tahun kerabat tanpa diingatkan media sosial?

Terlepas dari hal ini, Facebook seperti dua sisi mata uang. Yang satu merugikan disisi lain menguntungkan. Saya menjadikan Facebook sarana nostalgia yang merekam segala bentuk emosi. Dari tahun ke tahun paparan memori dan rekam jejak aktivitas terangkum dalam satu klik. Dengan sangat cantik, sistem arsip dilakukan situs ini dan memudahkan pengguna untuk nostalgia. Taruh saja saya penasaran dengan apa yang saya lakukan di tahun 2009 dan dengan satu klik, Voila! Saya mendapat gambaran semuanya. Catatan kaki saya, seperti saya kemukakan diatas jika Anda tergolong orang dengan kepribadian extrovert yang senang berbagi akan mudah membantu ingatan Anda bernostalgi. Jika sebaliknya, Anda tidak akan menemukan apa-apa untuk ditelusuri.

Lucunya, hal ini menjadi salah satu keuntungan tersembunyi bagi mereka yang suka mau tau. Sebut saja stalker-julukan bagi mereka yang suka menguntit dan menemukan hal rahasia mengejutkan di profil target operasinya. Logikanya, jika Anda sendiri dimudahkan untuk bernostalgia lalu hal apa saja yang stalker temukan dengan satu kali klik di akun Anda?

Why do bird suddenly appears? Dalam lagu The Carpenters yang saya parodikan ini seakan menjadi penanda akun kicau yang menggeser Facebook menjadi nomer dua setelah jadi primadona. Kebutuhan manusia akan informasi dan eksistensi menjadi satu-satunya alasan media sosial yang satu ditinggalkan demi beralih ke media sosial yang lain. Belum lagi manusia kekinian memilih mengabadikan moment sebelum benar-benar menikmati sesuatu. Contohnya, ketika makan memilih mengabadikan gambar dengan ponsel pintar dan mengunduhnya. Lain lagi ketika datang ke suatu tempat, ponsel pintar bahkan diatur sebagaimana rupa mendeteksi keberadaannya. Padahal, menurut penelitian di Fairfield University dan Bellarmine Museum of Art University, foto dapat menurunkan tingkat memori seseorang. Obyek yang diambil terutama dari ponsel pintar menghambat proses pembentukan memori oleh otak karena dalam memotret, otak dituntut menganalisis dua hal yaitu obyek dan memotret. Memori manusia akan suatu hal yang diabadikan menjadi lemah dibandingkan obyek yang benar-benar diamati secara lebih detail. Hal ini membuktikan, teknologi mengubah interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Tak hanya interaksi dengan lingkungannya, Albert Einstein dalam kalimatnya mengatakan


“aku takut pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia, dunia akan memiliki generasi yang idiot”.

Teknologi terbukti tak hanya menggeser teknologi lainnya, yang lebih kejam mulai menggeser interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi manusia dengan sesamanya manusia. Seperti Facebook yang dulunya membuat kecanduan dan mulai ditinggalkan, akankan interaksi sesama manusia secara virtual bagi Anda lebih menyenangkan? Pilihannya Anda yang tentukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun