Masa candu luka
sesak lara dihela
menyeruak menyapa
Getir itulah bahagia
Bahagia yg hanya sendiri dia rasa
Belum kering,
sudah terlanjur layu katamu
Aku tidak begitu
Lalu benci candu
Rindu itu kelu
Perih bak jutaan hantaman palu dikepalamu
Pedih itu seperti ribuan jarum menusuk sumsum tulangmu
Sudah mati ditelan satu satu
sakit itu
Kamu tak mau lagi tau
Masa merindukan lalu
Lalu enggan mengenang masa
Baginya masa sudah mati sejak dulu
Masihkah ada asmara?
Bara itu sudah dipaksa mati olehmu
Mengapa kau inginkan bara hidup dikali kedua
Masa bertemu muka dan lalu tak sudi melihat rupaku
Aku rindu kamu
Masa?
Lalu?
Kata yg keluar dari mulutmu cuma itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H