Mohon tunggu...
Christina
Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Nafas Tercekik di Tepi Langit

22 Agustus 2023   11:21 Diperbarui: 22 Agustus 2023   11:22 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tepi langit yang pernah biru cerah,
Kini terhampar lapisan kelabu nan kelam,
Nafas tercekik, terhenti dalam gerah,
Polusi udara menggapai tanpa ampun.

Burung-burung pun tak lagi riang berkicau,
Suara angin tergantikan oleh deru mesin,
Beban asap hitam menari-nari menyatu,
Menghapus mentari, tak lagi ada sinar senin.

Di antara gedung tinggi yang menjulang gagah,
Terperangkaplah asap dan debu tak bersahabat,
Tinggal kenangan akan udara yang dulu sejuk dan sehat,
Kini terhempas oleh kepentingan yang jahat.

Oh, betapa indahnya bila kembali langit biru,
Bila nafas ini tak lagi tercekik dalam asap,
Marilah kita jaga bumi ini, rumah kita yang satu-satu,
Sebelum hilanglah segalanya, hancurlah mimpi dan harap.

Baca juga: [Puisi] Nafas Baru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun