Di samudra waktu yang tak berujung,
Ku mencari arti hidup yang kembali,
Seperti perahu yang menantang angin,
Aku terbuka, mengarungi lautan perjalanan.
Dalam riak gelombang, ku mencari jejak,
Di balik kenangan yang terlupakan,
Mengukir cerita baru di halaman kosong,
Seiring waktu yang terus bergulir.
Dulu, aku tenggelam dalam kesedihan,
Namun kini, aku muncul bagai fajar,
Bercahaya, seperti mentari yang menari,
Menghapus luka, merangkul harapan.
Setiap hembusan nafas adalah keajaiban,
Ku rasakan getaran alam semesta,
Mengalirkan ketenangan di dalam jiwaku,
Menghidupkan kembali ruang yang sepi.
Dalam pelukan masa lalu dan masa depan,
Ku temukan diri yang sempurna,
Melepaskan beban, mengikhlaskan dendam,
Merangkai asmara dalam setiap hela nafas.
Mengarungi ulang waktu, kurasakan,
Keajaiban tak henti mengalir,
Tiap detik, menjadi tanda syukur,
Akan kehidupan yang kini kujalani.
Matahari dan bulan menjadi saksi,
Perjalanan panjang yang tlah kulewati,
Mengarungi lautan waktu yang tak terbatas,
Menuju cinta, harapan, dan kehidupan yang kembali.
Saat kaki menginjak pasir pantai,
Dan angin menyentuh wajah ini,
Aku tahu, kini aku hidup lagi,
Dalam kehadiran yang tak akan pudar.
Mengarungi ulang waktu adalah anugerah,
Dari alam semesta yang tak ternilai,
Dengan hati yang penuh syukur,
Aku sambut hari esok dengan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H