Di ujung senja, gelap menari perlahan,
Melodi akhir mengiringi langkah tak terungkap.
Dalam bisu, sang waktu menepi ke kehampaan,
Serpihan kenangan, kini t'lah terkumpul rapat.
Angin berbisik, menyanyikan kabar pilu,
Duka mengalun, merajut memori terakhir.
Bunga-bunga berkabung, merayu di puncak tugu,
Kehidupan yang beranjak, kini t'lah tiba waktunya berlalu.
Gemuruh langit pun tertunduk dalam duka,
Gemintang-gemintang membisu, tak lagi berseri.
Namun dalam gelap, terjalinlah harap dan syukur,
Berserah diri pada Sang Maha Pencipta yang abadi.
Melodi akhir kini mengalun perlahan,
Sebuah perpisahan yang tak mampu diterka.
Namun dalam tiap catatan masa yang tersisa,
Cinta akan tetap abadi, sejati hingga ke alam kekal.
Biarlah puisi ini meniti angin senja,
Menemukan hati yang pilu dan terluka.
Ingatlah, meski kematian datang menghampiri,
Cinta takkan padam, sejati hingga ke akhir nafas.
Oh, Melodi Akhir, pesonamu menenangkan,
Tak lagi ada dukacita, hanya damai yang tersisa.
Mengiringi langkah ke alam abadi yang penuh makna,
Saat kematian menjemput, haraplah kita bersujud pada-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H