Di balik senyum yang terhampar indah,
Dalam goresan cinta yang tersirat manis,
Tersembunyi racun, khianat mengintai,
Dalam sirna, tersema pengkhianat.
Seperti angin malam yang tak terduga,
Pengkhianat berbisik di bawah rembulan,
Dalam relung hati, cerita terluka,
Luka itu tumbuh, merajut pengkhianatan.
Janji-janji palsu, kata-kata muluk,
Merayu, mengelabui, menyelinap masuk,
Namun hati tetap setia, tak berubah,
Ah, betapa getir, khianat bermain sandiwara.
Dalam remang bayang, pengkhianat tampil,
Menari-nari, menari rayu yang dusta,
Kasih pun kelabu, percaya terhempas,
Dalam sirna, tersema pengkhianat.
Luka yang dalam, menganga kelabu,
Dalam hati yang dulu penuh kasih,
Kini tinggal rasa kecewa yang terpatri,
Dalam sirna, tersema pengkhianat.
Namun janganlah hati terpenjara,
Dalam amarah, dendam tak perlu bersara,
Teruslah bernyanyi, membatasi lara,
Dalam sirna, tersembuhkan luka yang menganga.
Percaya, cinta akan pulih kembali,
Meski pengkhianat beraksi licik,
Dalam tiap detak, bersemi kekuatan,
Menyucikan jiwa, menambal luka dalam.
Dalam sirna, akan tergugah kebenaran,
Menyingkap tabir pengkhianatan,
Dan pada akhirnya, cinta yang setia,
Akan menang, di atas segala pengkhianat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI