Mohon tunggu...
Christina
Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Seputih Rasa, Hitam Pengkhianatan

31 Juli 2023   23:30 Diperbarui: 31 Juli 2023   23:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diiring sunyi senja meredup pelangi,

Cahaya cinta datang menyapa hati,

Seputih rasa, dalam beningnya asa,

Namun, terhimpit duka pengkhianatan.

Bagaikan embun pagi di daun rerumputan,

Kasih bersemi, harap berkicau riang,

Namun, hitam pengkhianat telah mengintai,

Merenggut segala, merusakkan bahagia.

Di ufuk jingga, khayal kita terbang,

Janji setia terpatri di mata yang sayang,

Namun, sebutir noda mengaburkan langit,

Menghancurkan impian, memudarkan cinta.

Kesetiaan yang tersirat dalam senyum,

Kini tercecer, terhempas angin dusta,

Seputih rasa, kini ternoda duka,

Sekuntum bunga layu, teriris khianat.

Luka menganga, tiada terucap kata,

Raut wajah berubah, perih dalam senyuman,

Bukan sepi yang merangkul dalam dingin,

Tapi sang pengkhianat, dalang ketidaksetiaan.

Dalam hening, hati berteriak kecewa,

Air mata jatuh, menggores luka terdalam,

Namun, tegar melangkah, menatap masa depan,

Meski terasa getir, pengkhianatan takkan meruntuhkan.

Mungkin cinta tak pernah bisa terbalas,

Namun, pengkhianatan bukanlah akhir segalanya,

Seputih rasa ini, akan tetap ada,

Membawa harap, meski hati pernah terluka.

Kita belajar, bahwa tak semua bertahan,

Ada yang pergi, tuk memupus asa,

Namun, seputih rasa akan tetap bersinar,

Walau hitam pengkhianatan pernah menyapa.

Jadikan pengkhianatan sebagai guru,

Untuk tegar dalam menghadapi badai,

Seputih rasa tak akan pudar oleh khianat,

Karena hati tetap murni walau luka hadir dalam cinta.

Seputih rasa, hitam pengkhianatan,

Dua kutub berlawanan dalam perjalanan,

Namun, kita tetap berdiri, teguh dan kokoh,

Menghadapi hidup, dengan hati yang bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun