Di sela-waktu, dalam irama yang sunyi,
Terpaparlah jejak filosofi yang kudus.
Seperti guratan pena pada kertas kosong,
Ia menari-nari di atas halusnya waktu.
Dalam jejak itu, terbentanglah tanya,
Menghampar pikiran-pikiran yang mengelana.
Seperti awan putih yang melayang-layang,
Mengajak hati merenung pada keabadian.
Dalam heningnya kegelapan malam,
Bintang-bintang bertutur dalam bisikan samar.
Mengajariku bahwa hidup adalah perjalanan,
Menghiasi langit dengan warna-warni makna.
Kisah-kisah lama terukir di angkasa,
Seperti puisi-puisi yang merdu dalam kata.
Mengingatkan kita tentang takdir dan takdir,
Dan arti sejati dalam hidup yang terbelah.
Dalam jejak filosofi di sela-waktu ini,
Terungkaplah misteri dan kebijaksanaan.
Kita berjalan bersama dalam kesunyian,
Mendengarkan cerita dari yang abadi dan nyata.
Dalam jejak itu, ku temukan kebenaran,
Bukan dalam kata-kata yang terucap,
Namun dalam getaran jiwa yang bergelora,
Menyatu dengan semesta yang terus berkobar.
Jejak filosofi di sela-waktu ini,
Menuntun kita pada pencarian yang hakiki.
Berhenti sejenak, renungkanlah makna,
Dan temukan dirimu dalam keindahan yang tersembunyi.
Biarlah langit yang senja menjadi saksi,
Akan perjalanan panjang kita dalam pencarian.
Jejak filosofi mengisi hati yang sunyi,
Menyatu dengan waktu, menjadi tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H