Di dalam dada yang sunyi, terdengar simfoni,
Perenungan kehidupan, ia berpadu rapi,
Nada-nada yang melankolis, mengalun tenang,
Menyentuh jiwa, menggugah hati yang dalam.
Bunyi terompet menggemakan keberanian,
Menyulut semangat dalam gelap malam,
Geliat seruling membangunkan harapan,
Menggetarkan jiwa, melintasi ruang dan zaman.
Ada celah di antara kekosongan dan kebermaknaan,
Di sanalah makna kehidupan berkumpul bersama,
Dalam irama yang halus, dalam harmoni abadi,
Simfoni perenungan, menjadi pencerah jiwa.
Tiap notasi membawa cerita dan pesan,
Tentang kegembiraan dan derita dalam hidup yang laksana ranjau,
Pelangi emosi yang berkilau, merentang dalam terik dan redup,
Simfoni perenungan, menjadi pengantar kisah tak terungkap.
Dalam pelukan musik, kata-kata terlebur,
Kisah perjalanan diri mengalir menjadi cerita,
Mengajak renung, membangun jembatan makna,
Simfoni perenungan, merajut dunia dan semesta.
Hadirkan kedamaian dalam setiap nada,
Menenangkan kegusaran yang menerpa jiwa,
Simfoni perenungan, melambangkan pencarian diri,
Di dalam keheningan, menemukan esensi hidup yang sejati.
Simfoni perenungan, puisi yang tak terhingga,
Mengalun abadi dalam ruang dan waktu,
Sebuah pengingat akan keindahan dan kebijaksanaan,
Mengisi hati dengan ketenangan dan cinta yang tulus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H