By Christie Damayanti
utrip.com
Sebelumnya :
‘Kalverstraat’ : Shopping Area dengan Pedestrian yang nyaman
‘Canal Cruise’ : Menikah di Kanal Amsterdam? Siapa Takut!
'Canal Cruise’ : Secercah Harapan dari Kanal Amsterdam
Makan Siang Pertama di Amsterdam : Masakan China dan Suriname
DuniaProstitusi ‘De Wallen’ Amsterdam, yang Sebenarnya …..
Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan 'Excited!'
'Coffee Morning' : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya
‘Basiliek van der H. Nikolaas’ : Gereja Katolik Tertua di Amsterdam Abad – 18
Oudejizdskolk Straat, Basiliek van de H.Nikolaas, Café Molly Malones di Amsterdam
Menuju Amsterdam … Aku dalam Keterbatasan? Sudah Lupa, Tuh!
Perjalanan ke Negeri yang Jauh Sudah Mulai dan Mimpiku Semakin Nyata …..
Horeeeeeee ….. Libur Besar Telah Tiba!
KetikaAku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh
***
Terjepit di antara puluhan toko di tengah-tengah Amsterdam Kalverstraat, area pedestrian pertokoan sibuk, kita akan menemukan fasad bangunan gaya Neo-Gothic dari Gereja Katolik Petrus dan Paulus, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Gereja "burung beo" ( The Papegaai ).
Ini yang aku katakan di artikel sebelumnya ..... Ternyata, di area pedestrian perbelanjaan Kalverstraat ini mampunyai beberapa komunitas yang tidak terpikirkan sebelumnya. Salah satunya adalah "burung beo" atau papegaai atau dalam bahasa Inggris adalah The Parrot.
Mengapa Gereja The Parrot ini sedikit 'aneh' dan mengapa juga Gereja ini benar2 tersembunyi?
Ya, diantara toko2 mahal dan modern, Gereja ini tersembul. Jika kita tidak memperhatikannya, kita tidak akan 'melihatnya'. Secara tampak depan, bangunan tua Neo-Gothic hampir sama dengan bangunan2 klasik Amsterdam di sekitarnya. Warna bangunan yang kusam klasik, membuat mata kita 'kabur' untuk mengenalinya.
Bayangkan, Kalverstraat yang ramai dengatoko2 modern dan mewah, tersembul sebuah Gereja ….. bagaimana tidak dikatakan ‘tersembunyi?’
Aku dan Dennis di depan ‘The Parrot’
Aku katakan 'aneh' karena Gereja The Parrot secara tampak depan, hanya sekitar 5 meter lebar, selebar ruko, dengan tinggi bangunan seperti bangunan2 di kanan kirinya. Tetapi ketika Arie mengajak kami masuk ke dalam The Parrot, ternyata besar Gereja itu sangat luas! Sangat besar, kelihatnya sebesar Gereja Kathedral Jakarta! Sangat menakjubkan!
Sebuah Gereja yang sepertinya sangat kecil di deretan toko2 di Kalverstraat, ternyata Gereja itu merupakan 'jalur dan jalan tersembunyi' untuk bisa mencari Tuhan .....
Mengapa tersembunyi?
Sejarahnya memang sangat panjang. Arie menceritakan secara detail, tetapi aku tidak terlalu mengerti karena berhubungan dengan tahun2 serta bahasa Inggris yang cukup sulit, berhubungan dengan sejarah. Tetapi ada sebagian yang aku catat di otakku tentang "tersembunyi" nya sebuah Gereja cantik!
*Eh, Arie memintakan buku tentang sejarahnya khusus untukku, dan tidak di jual di toko2 buku lho.. Cukup tebal, dan aku akan membacanya secara detail untuk mencari tahu apa yang aku ingin ketahuiTernyata, Arie kenal baik dengan Pastornya …..
Buku ‘The Parrot’, kenang2an dan hadiah dari Arie, yang dimintakan oleh Pastor disana …..
The Parrot bukan satu2nya Gereja "tersembunyi" di Eropa. Selain di Holland ( bukan hanya di Amsterdam lho! ), ada beberapa Gereja "tersembunyi" di Perancis. "The Hidden Church", namanya yang lebih di kenal di dunia.
Seperti kita tahu, Gereja Roma Katolik dahulu cukup mengundang kontroversi di dunia, dengan banyak hal. Bukan agamanya, tetapi orang2 didalamnya yang membuat kontroversi. Sehingga, orang2 yang awalnya beragama Roma Katolik, berbelok menjadi beberapa aliran2 Kristen baru.
Dan ketika Gereja Roma Katolik mulai dilarang untuk beribadah, mereka membangun Gereja2 kecil yang benar2 tersembunyi! Jika mereka ingin beribadah, dengan takut2 mereka akan masuk ke Gereja mereka, yang biasanya "disembunyikan" diantara bangunan2 yang tidak terpikirkan, ada Gereja Roma Katolik di lingkungannya .....
Bagian belakang The Parrot, tampak seperti sebuah rumah biasa, tidak terdapat detail Gereja
Sampai sekarang "The Hidden Church", termasuk The Parrot, tetap mempertahankan budaya "tersembunyi" nya dan justru sekarang merupakan salah satu keunikan Holland, khususnya Amsterdam ......
Dibangun sekitar 1700, itu adalah Gereja Roma Katolik, dan sebagai tempat rahasia untuk ibadah selama jaman Reformasi.
Di pintu The Parrot - Petrus dan Gereja Paulus, sebenarnya cukup mengundang orang lewat untuk mengabdikan beberapa menit untuk "melihat" Tuhan, dengan sebentar masuk dan berdoa pada NYA.
Menurut Arie, siapapun, terlepas dari keyakinan agama mereka, dipersilahkan untuk masuk ke dalam untuk beberapa refleksi tenang dan meditasi.
Ketika kami masuk kesana, suasana 'magis' sebuah Gereja besar, tua dan klasik membuat tubuhku sedikit meremang! Betapa tidak! Suasana dan interiornya sangat klasik, gelap dengan sedikit lampu2 berpijar kuning dan sebagian besar cahayanya adalah dari lilin2 kecil yang berpijar.
Di beberapa titik di The Parrot memang untuk berdoa di depan Bunda Maria dan Yesus. Dan banyak sekali lilin2 berpijar, itulah yang membuat Gereja ini terang dengan suasana klasik yang sedikit 'mendirikan' bulu roma ......
Di kursi2 nya, beberapa orang dari banyak warga negara, hanya duduk, bersemedi dan berdoa. Di titik yang lain, ada sekelompok orang2 yang bernyanyi2 ala Gregorian. Syahdu. Elegan. Dan sangat ‘klasik!’
Orang2 yang berdoa di kursi2 tengah, sangat terlihat dari beberapa warga negara. Mungkin mereka termasuk turis asing. Bebetapa dari mereka berbicara pelan. Tetapi karena Gereja ini sepi dan besar, gaungnya sampai ke telingaku.
Ada yang berbahasa Inggris, Belanda, Perancir, Jerman serta Spanyol dan beberapa bahasa yang aku tidak bisa mendeteksinya, bahasa dari negara mana? Mereka terlihat khusyuk. Diam. Dan tanganku semakin meremang! Teringat di film2 klasik, tentang kehidupan pada jaman Gereja2 cantik ini mulai berkembang .....
Mengapa dinamai 'The Parrot?'
Gereja ini di dedikasikan untuk Santo Petrus dan Paulus. Dijuluki sebagai "De Papegaai" atau burung beo ( The Parrot )Â karena awalnya tersembunyi di sebuah taman di belakang pelataran reguler milik pedagang burung.
Façade depan, terdapat patung Santo Petrus dengan burung beonya Memang tidak tampak sama sekali detail khas Gereja jaman Neo-Gothic. Hanya patung Santo Petrus saja, yang mungkin orang akan berpikir tentang sebuah Gereja kecil, jika pun mereka sempat berpikir ( karena Gereja ini berada dalam himpitan toko2 modern Kalverstraat )……
Seperti yang aku tuliskan di artikelku sebelumnya, Kalverstraat dahulu kala bukan berjualan barang2 fashion seperti sekarang. Mereka dulu berjualan barang2 kebutuhan hidup. Seperti sayur mayur, daging, keju bahkan burung. Dan ketika agama Roma Katolik sedang "disembunyikan", Gereja ini menjadi tempat berteduh umat Roma Katolik yang tidak 'ikut2an'. Dan The Parrot sudah diabadikan sebagai Gereja yang dibangun di pelataran seorang pedagang burung, dan 2 ekor burung beo bertengger di façade ( tampak depan ) Gereja ini .....
Tetapi ternyata juga, The Parrot menjadi 'kata sandi' atau password untuk orang2 yang ingin mencari Tuhannya, untuk melewati banyak permasalahan di luar sana, pada waktu itu.
*** Menurut Arie, misa di The Parrot dibawakan oleh Pastor local, teman baik dari Arie, dengan bahasa Latin. Nyanyian2nya pun sangat klasik. Musik2 Gregorian akan selalu membahana di setiap sudut Gereja ini. Oya, Gereja ini sepertinya kedap suara. Sama sekali tidak terdengar keluar, suara2 Misa : nyanyian atau kotbah. Tetapi ketika kami masuk ke dalamnya, suara nyanyian membahana mendirikan bulu roma. Pintu masuknya kecil dan double.
Fungsinya ada beberapa :
1. 1. Menghadang hawa dingin menusuk di musim gugur, apalagi di musim dingin.
2. 2. Menangkap suara dari dalam Gereja dan dari jalan ramai, sehingga ketika kita berada di 'foyer' antara pintu itu, kita tetap tidak mebdengar apa2, dab hawa dingin dari luar mulai 'meleleh' sebelum masuk ke ruang ibadah utama.
Meskipun interior tidak semegah gereja-gereja Katolik lainnya di wilayah itu ( menurutku sih sudah cukup 'wah', bahkan semegah Gereja Karhedral Jakarta ), The Parrot mampu menyedot banyak hal :
1. 1. Kepedulian tentang sejarah bangsa.
2. 2. Kepedulian tentang bangunan2 cantik bersejarah, sebagai 'kota tua'.
3. 3. Kepedulian tentang perwatan dan tata kota klasik, yang bisa menjadikan kotanya lebih bersahaja ( jangan maunya membangun bangunan2 super modern dan mengalahkan atau menghancurkan bangunan2 cantik bersejarah ).
The Parrot menurutku adalah sebuah simbol 'kepedulian' negeri ini. Sebuah negara maju tetapi tetap berusaha untuk menjadikan negara tersebut sebagai 'incaran' dunia, salah satunya di bidang pariwisata serta sejarah dunia .....
Sekali lagi, terima kasih Arie, yang sudah menunjukan banyak hal yang tidak akan aku perkirakan sebelumnya …..
The Parrot
Kalverstraat 58
1012 PG AMSTERDAM
020 623 1889
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H