By Christie Damayanti
[caption id="attachment_198923" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
Dennis yang 'mengurus' kami semua, walaupun papaku tetap membimbingnya .....
Setelah sakitku sejak 2,5 tahun lalu, aku belum lagi jalan2 ke negara lain. Aku memang menabung tiap tahun untuk ke tempat2 yang aku inginkan, dibanding membeli inventaris untuk keluargaku. Inventarisku adalah cukup dengan sebuah rumah, mobil, asuransi dan beberapa barang lain, serta tabungan untuk biaya sekolah kedua anakku sampai lulus kuliah. Menurutku, dengan selalu belajar, termasuk selalu survey tentang apapun, pengalaman akan membuat otak dan pandangan tentang masa depan, terbuka lebar! Bahwa inventaris tidak lebih baik dengan pengalaman hidup dan melihat 'dunia'. Konsep hidup yang diajarkan oleh papaku. Beliau dari dulu berusaha untuk selalu membawaku kemana2 ( survey dan berwisata ) dan beliau juga yang membuatku sangat positif membangun masa depan, walau sekarang dengan keterbatasanku. Bahwa, jangan takut bermimpi, seberapa besar dan tingginya mimpi kita .....
Aku mulai sadar diri untuk tidak 'memaksakan' kehendak Tuhan dengan kesembuhanku. Bahwa kesembuhanku adalah hanya kehendak Tuhan saja, tanpa aku memaksakan diri. Waktu kesembuhanku tidak sama dengan waktu Tuhan, jadi aku sangat berserah, apa yang Tuhan inginkan dalam hidupku. Dan sekarang, bagaimana dengan masa depan anak2ku, jika aku tidak bisa mengajarkan konsep hidupku di atas kepada mereka? Kasihan mereka, jika hanya sampai di generasiku saja dalam papaku menanamkan tentang konsep pandangan tentang mimpi dan masa depan.
2,5 tahun, cukuplah sudah untuk aku sadar bahwa 'aku harus cepat2 mengejar ketertinggalanku' sebagai single parent bagi anak2ku. Aku harus siap, dimana beberapa tahun lagi anak2ku akan meninggalkanku untuk sekolah di negeri lain. Dan untuk itu, aku ingin memberikan pengalaman hidup dan pandangan2 masa depan, bahwa 'bermimpilah terus, kejarlah setinggi bintang2 di langit' .....
Aku juga sadar, kekuatan fisikku sangat lemah karena sakitku. Aku tidak seperti dulu, sebagai wanita gagah, tegar dan perkasa yang bekerja sebagai orang lapangan. Bahkan pria2 saja aku bisa kalahkan dalam pekerjaanku. Aku sekarang hanya bisa berjalan dan berbicara dengan terbatas. Jadi, bagaimana aku bisa membawa anak2ku berjalan2, survey dan berwisata ke tempat2 yang aku ingin anak2ku tahu, bahwa tempat2 itu bisa dicapai dan dalam masa depan mereka, bisa mereka capai untuk yempat tinggal atau bekerja? Hampir tidak mungkin, 'nonsens', jika aku berharap dalam kesembuhanku, bahwa aku bisa membawa anak2ku kemanapun yang kami inginkan .....
Sudah 2 bulan ini, aku memikirkan matang2 untuk membawa anak2ku ke sebuah negara, dalam keterbatasanku. Biasanya, jika aku memang menginkan berwisata, mereka hanya duduk manis, dan aku yang mengurus mereka, mulai packing, adiministrasi, akomodasi dan sebagainya. Aku ingin mengajarkan arti mandiri dan peduli dengan keluarga, dalam berwisata. Toh anak2ku sudah beranjak remaja, bahkan menuju ke kedewasaan, sehingga tidak ada salahnya aku 'melepas' mereka untuk bisa mengurus aku dalam keterbatasanku dan mengambil alih tugas2ku, dalam berwisata, sebagai 'pemimpin', terlebih untuk Dennis, seorang pria muda, satu2nya dalam keluarga kecilku.
Aku sudah berpikir matang, bahwa aku harus membawa kursi rodaku, kemanapun aku pergi. Walau aku bisa berjalan, aku tidak kuat untuk berjalan jauh. Jadi, kedua anakku harus 'care' dengan barang2 mereka ( biasanya akku yang care atas barang2 kita semua ), status transportasi dan akomodasi. Walau aku sudah memesan dan membayar jauh2 hari untuk pesawat dan hotel lewat internet, toh mereka yang akan membawaku kesana. Mereka belajar check-in pesawat, check-in hotel, taking care bagasi, passport sebagai identitas kita dan lain sebagainya.
Tujuanku adalah sebuah negara yang terdekat dari Indonesia, untuk mencoba, bahwa aku ( yang notebene harus belajar bahwa otaaku sudah mampu dibawa bepergian jauh ). Singapore, adalah sebuah negara yang aman dengan fasilitas2 disabled yang sangat mumpuni. Jika 'percobaan' berwisata ke Singapore ini sukses, mungkin jika aku mendapat rejeki lagi, aku akan mengajak anak2ku ke negara2 yang lain, yang lebih jauh .....
Rencananya, kami memang hanya bertiga, aku Dennis dan Michelle. Bertiga saja, dalam aku mendidik mereka untuk saling peduli satu sama lain, ditambah untuk mereka bisa mengurusku dengan keterbatasanku. Tetapi, ternyata orang tuaku, papa dan mamaku, tidak tega melepas kami bertiga. Sehingga mereka ikut serta juga dalam perjalananku. Padahal aku tahu, bahwa orang tuaku sudah tua dan mamaku tidak bisa berjalan jauh. Dan kursi roda kami bertambah 1 lagi,untuk membawa mamaku berjalan2, dan tugas Dennis bertambah berat untuk peduli dan 'taking care' untuk aku, dan orang tuaku.