Seperti yang aku tuliskan beberapa saat lalu, untuk mereformasi Jakarta, sebenarnya sangat perlu sekali mereformasi warga kota nya dulu. Mengapa?
Karena ketika pemprov Jakarta sudah sangat baik untuk mereformasi kota, tetapi tidak dibarengi dengan reformasi mental penduduk Jakarta, sama saja bohong.
Misalnya, ketika pedestrian Jakarta sudah dibangun sedemikian dan tidak boleh motor masuk di sana, tetapi pengendara motor tetap naik ke pedestrian walau mereka tau merak salah, karena menghindari kemacetan, apa yang harus kita lakukan? Karena sepertinya, untuk mereka “peraturan itu untuk dilanggar!”
Reformasi Jakarta mungkin hanya sekadar “hangat hangat kotoran ayam,” jika warga kota belum mereformasi dirinya, untuk yang lebuh baik. Walau tidak mudah, kita harus segera sadar bahwa jika kita ingin Jakarta lebih baik, marilah kita berusaha untuk mendukung Jakarta.
Untuk reformasi kota, atau mungkin banyak orang berkata tentang PENYELAMATAN KOTA, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Tata kepemerintahan kota
- Perencanaan fisik yang realistis
Tentang tata kepemerintahan kota, aku tidak bisa berada di sana, karena aku tidak paham tentang itu. Aku adalah seorang arsitek dan perencana kota secara fisik, sehingga aku hanya bisa berkata tentang perencanaan fisik Jakarta yang realistis, disesuaikan dengan keadaan dan kondisi kota kita.
Apa yang ada di Jakarta sekarang ini, memang sudah terlalu ruwet. Kita harus memilah apa yang harus segera ditangani dan apa yang bisa sedikit bersabar menunggu. Tetapi yang ada ternyata semua arus segera ditangani!
Bagaimana?
Yang harus segera dilakukan adalah berusaha untuk tidak melakukan “BUNUH DIRI”. Apa maknanya? Jakarta sudah ‘depresi’. Jika Jakarta diibaratkan manusia, Jakarta cenderung akan bunuh diri, karena sepertinya tidak ada jalan, untuk hidup!
Ketika pembangunan Jakarta itu terus menerus tanpa peduli dengan analisa dampak lingkungan, ketika fisik Jakarta dirusak dengan gedung-gedung dan beton-beton tanpa mengindahkan ekologis dan makhluk hidupnya, dan ketika Jakarta terus diserang oleh kaum urban dan koar-koar kecil atau pedesaan serta ketika Jakarta tidak menutup kran barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan bagi kota, Jakarta semakin kewalahan!
Jakarta tidak mampu menampung kesemuanya itu, dan beban Jakarta semakin berat! Artinya apa? Jelas, Jakarta semakin terpuruk, Jakarta semakin depresi dan Jakarta cenderung semakin ingin bunuh diri!