Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selalu Belajar Dalam Keterbatasanku, Termasuk di Komunitas Konstruksi

26 Januari 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Bekerja di dunia konstruksi memang sudah lama aku lakukan, sejak aku lulus sarjana S1, tahun 1992. Jadi, sekarang sudah sekitar 20 tahun. Dari proyek mulai di desain sampai proyek dioperasikan, beberapa kali aku lakukan. Dalam aku kuliah sebagai arsitek, dosen2ku selalu member tugas seperti itu. Mulai dari membuat rumah type 21 sewaktu aku di semester 1, sampai membuat sebuah kota ( urban planning ) sewaktu aku di semester 7, dan sebagai kerja praktekku. Dan setelah aku lulus, sampai sekarang aku bekerja sebagai arsitek lapangan. Dan sebagai arsitek lapangan in-house yang tergabung dengan sebuah developer, aku harus mempelajari semua aspek2 pekerjaan desain dan konstruksi dari mulai proyek nol sampai selesai dan dioperasikan .....

Walau aku hanya sebagai arsitek cdi sebuah komunitas konstruksi, aku dituntut bisa tahu dan mempelajari sedikit detail konstruksi. Mulai dari pondasi - yang salah satunya adalah tiang pancang - dinding, atap dan sebagainya. Pondasi adalah dasar dari bangunan kita. Dari pondasi yang sangat sederhana seperti pondasi batu kali untuk rumah, sapai dengan pondasi tiang pancang untuk bangunan tinggi atau untuk bangunan yang berada di tanah yang 'lembek'.

Biasanya, karena aku bekerja untuk desain bangunan2 besar, pastilah aku sering berhubungan dengan pemancangan tiang2 beton sebagai pondasi. Dari pertama kali aku melihat cara memancanga pondasi sampai sekarang, aku selalu membayangkan sebuah pekerjaan yang selalu 'berisik' dengan bunyi2 yang tak kenal ampun setiap hari, setiap saat ..... dung ..... dung ..... dung ..... pun bukan hanya berisik, tetapi sering menimbulkan 'korban', misalnya, tembok2 retak di bangunan2 sekelilingnya dan proyek kami sering diminta ganti rugi atas retaknya tembok2 mereka.

Rumah sakit dimana aku berobat sampai sekarang, memang sedang mengerjakan 'master plan' sebagai titik awal sebuah rumah sakit yang selalu ingin bekerja sebagai 'tiang awan' Tuhan. Dimana salah satu tim pembangunan rumah sakit itu adalah papaku. Dan sebagai insinyur sipil, papaku memang sangat mengerti untuk membangun gedung, yang tidak mengganggu lingkungan dan pasien. Secara, pembangunan fisik 'master plan' ini pasti akan 'mengeluarkan' banyak masalah : mulai dengan suara dan berisikknya untuk pasien dan lingkungan sekitar atau 'porak poranda'nya rumah sakit itu, dimana rumah sakit itu tidak bisa 'menutup' pelayanan masyarakat, tetapi memang harus di 'minimize'kan semuanya .....

1327572643216617453
1327572643216617453

13275726792105322277
13275726792105322277

Papaku memang merupakan inspirasiku sampai sekarang ( lihat tulisanku Hobi Bersama: Papaku adalah Inspirasiku .....)

Sebuah alat untuk memancang tiang pondasi, ternyata baru aku tahu. Bahwa tidak hanya alat yang selalu mengeluarkan suara berisik dalam memancangan pondasi, tetapi ternyata ada alat yang sama sekali tidak berbunyi ..... Aku tanya pada papa,

"Mengapa proyek2 besar tidak memakai alat ini supaya tidak berisik?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun