By Christie Damayanti
Kota Batavia Lama sebagai ciri khas kota Jakarta serta implementasi penerapannya (2)
Sedikit riset tentang daerah2 menarik di kota Batavia Lamaadalah :
1.Pelabuhan Sunda Kelapa,
2.Pasar Ikan,
3.Kampung Luar Batang,
4.Jl. Tongkol dan Jl. Cengkeh,
5.Jl. Kunir,
6.Kali besar,
7.Jl. Kali Besar Utara,
8.Jl. Pos Kota dan jl. Lada,
9.Taman Fatahillah
10.Taman Stasiun Kota
Pelabuhan Sunda Kelapa
Karakternya adalah pelabuhan latu tradisional dengan kegiatan bongkar muat barang.. Merupakan dareah pergudangan dengan ‘landmark’ adalah Menara Syah Bandar.
Segi positifnya adalah mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pelabuhan atau daerah wisata bahari dan mempunyai kegiatan2 menarik seperti :
-Pembuatan perahu tradisional
-Kehidupan nelayan tradisional
-Bongkat muat barang
-Hilir mudik perahu dan sampan nelayan
Potensi obyek wisata bahari yg cantik di Sunda Kelapa. Dengan latar belakang perahu2 dan suasana yg spesifik ini, dipastikan wisatawan domestic dan asing dapat terkenang akan daerah ini.
Sedangkan segi negatifnya adalah pemakaian fasilitas yg kurang optimal. Daya dukung tanah kurang baik sehingga jalan2nya bergelombang. Serta banyak bangunan kumuh di sekitar kanal yg terpolusi sampah.
Menurut saya, daerah ini bisa dikembangkan sebagai asset wisata bahari dengan obyek :
-Berperahu mengelilingi pelabuhan
-Melihat dan merasakan kehidupan nelayan tradisional
-Melihat dari dekat cara membuat perahu secara tradisional
Wisatawan asing ini dengan antusias melihat kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa. Apakah potensi ini tidak bisa dikembangkan ? Apalgi dengan nilai historisnya yg tinggi tentang Pelabuhan Sunda Kelapa, diharapkan wisatawan2 asing ( terutama diri Belanda ) dapat melihat bagaimana hubungan antara Belanda dengan Indonesia beberapa ratus tahun lalu.
Ini adalah wisatawan domestic, berperahu mengelilingi pelabuhan Sunda Kelapa. Bukankan ini pontensi obyek wisata bahari yg menarik? Konsep ini bisa di tingkatkan dengan menambah fasilitas2 pariwisata yg modern.
Bila obyek ini berkembangkan, bukan saja pemda Jakarta mendapat keuntungan, tetapi wagra setempat mempunyai pengasilan tetap, seperti misalnya : cafe2 kecil dengan menu utama ikan atau membuat perahu2 nelayan yg dilengkapi dengan ‘safety dan security’ yg memadahi.
Beberapa wisatawan domestic, dengan berkendara sepeda, mereka berkeliling di area Pelabuhan Sunda Kelapa. Menarik bukan ?
Pasar Ikan
Karakternya adalah merupakan daerah pinggir laut dengan kegiatan komersil, padat hunian dan kumuh. Terdapat 2 bangunan bersejarah yaitu menara Syah Bandar dan Museum Bahari sebagai titik orientasi dan identitaslingkungan. Kegiatan komersil yg berpotensi adalah pengembangan kegiataan seperti pelelang ikan dan penjualan hasil laut.
Kanal yang ada bisa digunakan untuk trasportasi dan gudang yg ada dapat dialih fungsikan sebagai fasilitas wisata.
Tetapi ternyata segi negatifnya adalah kurangnya ruang terbuka hijau, jaringan utilitas yg tidak teratur, pemukiman kumur dan muara sungai yg sangat terpolusi sampah sehingga sering banjir.
Sedikit riset tentang pengembangan kota di daerah ini, dengan menata pemukiman kumuh, membuka tata ruang terbuka hijau, Museum Bahari yg keberadaannya dipertegas dengan dentitas lingkungan serta dibukanya jalur penghubung Kampung Luar Batang.
Museum Bahari di Pasar Ikan ini, sebenarnya bisa menjadi obek wisata bahari. Lalu, bagaimana caranya untuk mendatangkan wisatawan, karena daerah ini memang sedikit kumuh ?
Misalnya, bisa menambahkan desain untuk cafe2 dan toko2 souvenir di sis samping museum ini dan juga fasilitas2 yg sesuai standard pariwisata. Bukankah ini memarik ? Tidak membiarkan didnding putih menjadi kotor tanpa disadari dan tidak di rawat.
‘Pemandangan’ di Museum Bahari benar2 bisa memikat wisatawan. Buat saya, sebuah tiang lampu ini ( lihat foto diatas ) adalah ‘point of interest’ yg bisa ‘membalikan’ keadaan dimana daerah ini bisa menjadi ‘point of inseterst’ Pasir ikan.
Dengan memandang dari sudut pandang lain, kita bisa membayangkan masa2 keemasan museum ini pada jamannya. Kita harus berpikir jauh kebelakang untuk membuat tempat yg indah disini untuk jauh kedepan.
Kampung Luar Batang
Karakternya adalah pemukian nelayan yg padat, sebagian besar merupakan rumah panggung. Daerah ini adalah daerah hunian dengan ‘landmark’ Mesjid Luar Batang. Mesjid Luar Batang didalamnya terdapat makan yg dianggap keramat, dapat dijadikan magnet wisata dan menunjang wisata bahari Pelabuhan Sunda Kelapa.
Kondisi pemukimannya tidak teratur, kurang adanya ruang terbuka hijau sehinggal lingkungan dirasakan selalu panas dan gersang. Dan yg jelas, peningkatan mutu lingkungan harus ditata ulang dan membuka pintu masuk kea rah Pasar Ikan untuk mengundang pengunjung.
Konsep ‘berperahu’ di sungai di Jakarta, bisa saja dilaksanakan. Ini sungai yg melewati Kampung Luar Batang. Sebenarnya indah bukan ? Mengapa tidak ada yg melihat potensi ini ? Jika bukan pemda, bisakah pengembang mengembangkan potensi ini untuk kebaikkan bersama ?
Jl. Tongkol dan Jl. Cengkeh
Jalan ini berkarakter satu arah dengan kegiatan pergudangn dan jasa yg tidak terawatt dan sangat padat kendaraan. Daerah ini merupakan daerah komersil yg dapat mendukung keberadaan Pelabuhan Sunda Kelapa dan mempunyai nilai historis yg dapat dikembangkan sebagai daerah wisata.
Tidak ada penhijauan dan tata ruang terbuka hijau, bangunan2 tua yg semestinya bisa dijadikan obyek wisata, tetapi bangunan2 tua itu tidak terawat dan tersia-sia. Sedangkan bangunan2 barunya, tidak sesuai dengan lingkungannya.
Dengan bangunan2 tua yg bisa dijadikan obyek wisata, kita bisa memperbaiki lingkungan, misalnya : membukat tata ruang kota untuk penghijauan, peningkatan kualitas lingkungan dan pedestrian dan menambah fasilitas2 jalur wisata.
Sebuah bangunan tua di Jl. Tongkol. Sangat ekspresif. Bila di pakai untuk café di ujung jalan dengan konsep ‘Batavia Lama’ pasti menarik. Di hook, konsep ini bisa sangat baik dan mempunyai magnet lingkungan.
Dengan jendala2 tua, kita bisa membuat ‘balkon’ dan mendesain ‘railing’ dengan suasana pot2 bunga seperti jaman Belanda. Indah bukan ?
Jl. Kunir
Merupakan jalan satu arah dengan sedikit penghijauan. Karakter di daerah ini adalah terjadinya permainan tampak bangunan tua, sehingga sedikit ‘menyegarkan’ mata kita. Banyak pedagang kaki lima yg menjadikan daerah ini daerah komersial.
Bangunan2 tua seperti di daerah ini dapat di fungsikan kembali sesuai dengan kondisi kebutuhan seperti sekarang ini. Lalu lintas tidak teratur karena tidak adanya pembatas jalan, penghijauan dan pedestrian yg tidak memadai serta bangunan2 tua yg tidak terawatt serta dibiarkan kosong dan jaringan utilitas yg tidak teratur harus dibenahi bila ingin Jl. Kunir ini mau dijadikan obyek wisata.
Area ini sangat berpotensi untuk obyek wisata. Hanya dengan menata ulang untuk bangunan2 tua ini dan ‘memugar dan merenovasi’nya, sudah menjadi berubah.
Permainan tampak bangunan2 tua sangat mendominasi tempat ini. Dengan beberapa jalan tua yg memakai conblok, sebenarnya kita bisa ‘meramu dan menyulap’ daerah ini untuk area wisata. Mari kita mencoba melihat dari sudut pandang yg lain …..
Arahannya untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah ini, dengan penataan jalur hijau dan pedestrian sehingga berfungsi sebagaimana mestinya, menanpung pegadang kaki lima di suatu tempat dan berfungsi sebagai magnet lingkungan dan dibuatnya jembatan penyeberangan di perpotongan Jl Cengkeh, seperti itu bisa menambah daya tarik pengunjung karena memang daerah ini sebenarnya sudah berpontensi.
Sumber gambar : beberapa dari www.google.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H