By Christie Damayanti
[caption id="attachment_216317" align="aligncenter" width="449" caption="drugline.org"][/caption]
Seorang teman mendapatkan saudaranya terserang sebuah 'penyakit', paraplegia. Sebuah 'penyakit' yang ( katanya ) tidak tersembuhkan, kecuali mujizat Tuhan. Paraplegia adalah cedera sumsum tulang belakang yang biasanya akibat kecelakaan atau terjatuh, sehingga merusak tulang belakang dan sumsumnya. Aku sih tidak tahu tentang itu, tetapi beberapa artikel di Google tentang itu, membuat aku berdiam diri, bahwa ada 'penyakit' yang ( katanya ) tidak tersembuhkan ......
Si penderita bisa lumpuh kedua kakinya, atau kedua tangannya atau lumbuh seluruh badan dengan hannya kepalanya yang bisa merasakannya. Paraplegia bukan sebuah penyakit, tetapi kerusakan sumsum tuang belakang yang disebabkan karena trauma fisik seperti di tuliskan diatas.
Cerita pak Sardi yang ditulis di koran-o.com tanggal 22 Agustus 2012 menceritakan bahwa beliau sudah menderita paraplegia sejak 10 tahun lalu. Beliau tinggal di sebuah desa Sukoharjo ( lihat di http://www.koran-o.com/2012/lelakon/paraplegia-menyiksa-dan-melumpuhkan-saya-27639 ). Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana kehidupannya sejak 10 tahun lalu, dan sampai berapa lama beliau bisa bertahan? Istriya sudah meninggalkannya .....
***
Sudah baca? Aahhh ..... ternyata kita tetap harus bersyukur, apapun yang terjadi dalam hidup kita. Ditengah2 teman2 kita, ternyata banyak sekali orang yang menderita. Aku tahu itu. Tetapi karena aku tidak berada di lingkungan mereka, maka aku tidak atau belum bisa mengerti, apa yang terjadi, bagaimana kehidupannya serta apa cara mereka mengatasinya.
Temanku mengatakan, bahwa penyakit itu tidak bisa disemuhan, ketika semua saudaranya menolongnya untuk terus mencri tahu ke banyak rumah sakit - rumah sakit. Mereka sudah putus asa, dan mereka sudah menerima jika saudaranya yang menderita paraplegia itu, aka segera di panggil menghadap Tuhan ..... aaahhhh, sungguh ngeri membayangkan bahwa saudara kita sudah tidak bisa disembuhkan lagi .....
Tetapi bagaimana? Jika si penderita masih bisa hidup lebih dari 10 tahun, seperti pak Sardi? Apakah kita tega melihat si penderita hidup tersiksa dengan penyakitnya, seperti pak Sardi? Di tulisan di atas, sepertinya keluarga pak Sardi memang tidak mampu untuk berobat, sehingga pak Sardi dibiarkan hidupnya terasing dengan penyakitnya, karena memang pak Sardi tidak bisa 'menopang' hidupnya. Bahkan tubuhnya pun tidak mampu tegak lurus jika duduk dan harus memakai korset.
Seperti halnya aku, seorang perempuan yang cacat karena stroe, dan dokter2 di Amerika ( dimana aku terserang stroke disana ), secara medis sudah tidak bisa sembuh lagi karena parahnya serangan stroke-ku. Tetapi, sungguh, aku sangat percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan aku, entah bagaimana caranya, dan itu yang Tuhan lakukan! Aku bisa sembuh, bekerja biasa serta berkegiatan biasa, walau penyembuhanku belum sempurna .....
Aku hanya membayangkan, bagaimana jika si penderita masih diberi umur pandang oleh Tuhan, tetapi karena secara medis ( manusia ) sudah tidak tersembuhkan lagi, sehingga si penderita sangat mendeerita sepanjang umur yang diberikan oleh NYA?