Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pak Maman (Jakarta) Vs Ethel (Brussel): Cerita Tentang Supir Taxi

23 Februari 2012   05:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:17 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_173008" align="aligncenter" width="597" caption="theodorapradipta.bolgspot"][/caption]

Tulisanku tentang  Cerita 'Ethel,' Sahabatku Supir Taxi di Eropa ....... ternyata menuai beberapa tanggapan yang pro dan kontra. Ya, sangat bisa dimengerti bahwa kehidupan supir taxi di negara2 maju, khususnya dalam tulisanku tentang Ethel, dengan kehidupan supir taxi di Jakarta. Banyak sekali konflik di kehidupan mereka seperti yang dikatakan oleh beberapa komentator di tulisanku itu.

Aku tidak mau berdebat tentang itu, karena kenyataannya memang demikan. Tetapi aku hanya mau menceritakan sebuah cerita yang mirip dengan cerita Ethel, versi Jakarta .....

Cerita ini ada pada sekitar tahun 2005, 2 tahun sebelum bertemu dengan Ethel. Waktu itu, mobilku sedang di bengkel, jadi beberapa kali aku naik taxi, sebuah taxi yang direkomendasi untuk aku pakai, taxi berwarna biru. Setiap pagi, aku menelpon taxi itu untuk mengantar aku ke kantor dan setip sore atau malamnya, sering aku diantar oleh temanku dari kantor ke rumahku.

Suatu saat, sekitar jam 8 malam, taxiku belum datang, padahal aku sudah bolak balik menelpon kantornya. Aku sih mengerti, itu jam pulang kantor. Tetapi, sampai berapa lama? Dan temanku yang selalu mengantarku pulang, masih harus ke lapangan sampai malam.

Dengan berbekal nekad, aku ke luar kompleks proyekku dan mencari taxi sendiri. Itu sudah hampir am 9 malam. Aku masih 'berani' untuk menyetop taxi, tahun 2005. Jika sekarang, jujur aku sama sekali tidak mau melakukannya lagi,  kecuali menelpon taxi biru, yang sudah mengenal nama dan data2ku. Dan sebuah taxi merah kuning berhenti di depanku .....

Seperti biasa, aku duduk di depan, di samping supir. Tidak ada rasa takut sama sekali, walau sudah lebih dari jam 9 malam. Aku hanya memperhatikan nama dan nomor pengemudinya untuk aku ingat, jika ada masalah. Maman, nama supir taxi itu. Pak Maman sepertinya sudah lebih dari 50 tahun, dengan kerut2 wajahnya serta uban di kepalanya. Rambutnya agak botek dan tubuhnya sedikit gemuk, Wajahnya terlihat ramah, tidak tahu persis karena gelap. Aku menoleh kepadanya, aku ingin mengobrol, secara aku memang cerewet sekali.

Pak Maman tersenyum dan aku bertanya basa basi,

"Lagi kosong pak Maman?"

"Iya bu. Tadi habis anter tamu dari Joglo ke Kemayoran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun