By Christie Damayanti
Setelah capai jaga booth IDKita Kompasiana sejak jam 10.30 sampai jam 15.00 tanpa istirahat, aku akhirnya bisa istirahat makan siang. Ditemani Valentino makan siang di lantai 2, setelah itu aku berkeliling dari booth ke booth dengan ditemani remaja2 IDKita untuk menyapa teman2 dan sahabat. Menarik. Dan sangat menyerangkan! Ketika kita hanya bisa bertatapan di dunia maya lewat foto2 yang bukan terbaru, sekarang kita bisa bertemu langsung dengan mereka. Dan ternyata, fotoku yang lebih terbaru dari pada yang lain ( hihihi ... ) mampu membuat teman2 dan sahabat di Kompasiana mengenalku, dan banyak yang menyapaku ..... atau karena aku tidak seperti yang lali, yang berjalan agak khusus ? Ga tahu deh .....
Sempat berfoto dengan banyak sahabat. Baik yang memang sering bertemu karena sering kopdar, atau yang memang belum pernah bertemu tetapi sering menyapa di dunia maya, membuat aku senang dan bahagia.
Ketika aku sampai di sebuah booth sebelah kiri dari panggung, ada yang sangat menarik untukku, sangat - sangat menarik! Mengapa?
Karena ternyata ada sekelompok pemuda yang sangat peduli dengan kaum disabled, IDCC Indonesia Disabled Care Community. Komunitas ini memperhatikan kaum disabled, atau penyandang cacat atau keterbatasan dalam fisik. Mereka semangat untuk peduli dan mensosialisasikan kaum disabled, bahwa mereka sama dengan orang yang sehat. Bahwa mereka harus tidak mepandang sebelah mata karena fisik mereka, bahkan mereka lebih banyak yang berprestasi dibanding dengan orang2 sehat, karena mereka lebih tahu diri, sehingga mereka melakukan apapun lebih tekun.
Presiden IDCC, mas Nurkholis Ainunnajib ( mas Najib ) sangat ramah menyambut kami. Ake digandeng oleh Ben, salah satu remaja IDKita, diperlihahkan masuk ke booth mereka dan berbincang lumayan lama dengan salah satu tim hubungan masyarakat mereka, mba Indah. Dia menerangkan banyak hal, salah satunya IDCC aan terjun ke kampus2 untuk mengajak para muda dalam kegiatan mereka.
Aku di temani seorang teman baru, salah seorang anggota mereka, mas Habibie yang menderita kelainan otot sejak lahir, sehingga dia harus memakai kursi roda untuk mobile. Ditemani oleh sahabat2nya dan seorang ibu ( apakah beliau ibunya? Aku tdak sempat menyanakan ) yang selalu menemani dan mendorong kursi rodanya.
Aku bangga dengan pemuda2 itu, secara aku sendiri adala seorang perempuan cacat karena stroke, dan sampai sekarang pun di banyak tempat, masih aku melihat mata orang2 yang tidak mengenal aku, melihat aku sangat rendah, walau sekarang aku sama sekali tidak peduli. Ketika aku menjadi seorang dalam keterbatasan fisik, aku belajar 'melihat' tatapan mata yang tulus karena mengasihiku, tatapan mata yang simpati, tatapan mata yang merendahkan atau tatapan mata yang mengasihaniku, walau akupun sekarang aku sama sekali tidak peduli ....
Aku berbincang sedikit dengan mas Habibie dan hasilnya, aku lebih kagum lagi ketika dengan percaya dirinya, mas Habibie bercerita tentang kelainan ototnya. Aku mengajak Ben dan Ben pun mendengarnya. Aku ingin mengatakan, bahwa kita semua harus selalu bersyukur dengan apapun keadaan kita, karena masih banyak orang lain yang tidak lebih baik dari keadaan kita. Bersyukur, bahwa masih ada dan banyak pemuda2 kita yang peduli dengan kehidupan di sekeliling kita, seperti salah satunya IDCC ini.