Dokumentasi pribadi
Sebelumnya :
“Sahabat Christie” dalam Komunitas http://charity.christiesuharto.com
Tekait dengan beberapa even di akhir tahun 2016 ini, kami sudah bekerjasama dengan Ibu Dewi Motik untuk rekomendasi beberapa yayasan disabilitas, dimana kami bisa mengajak mereka untuk mengisi acara di Malam Pujian dan Charity Day. Paling tidak, mereka bisa bersosialisasi dengan lingkungan yang berbeda dan belajar bermasyarakat. Itu akan menambah semangat untuk mereka terus berkarya untuk hidup mereka.
Minggu lalu, aku dengan tim dari Bu Dewi Motik, mengunjungi sebuah yayasan di Durren Sawit. Yaitu Yayasan Asih Budi, yang merangkul kaum tunagrahita (dari anak-anak sampai dewasa). Tunagrahita sendiri adalah keterbelakangan mental, disebut retardasi mental (mental retardation), memiliki IQ di bawah rata-rata orang normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu, yang menyebabkan permasalahan lainnya yang muncul pada masa perkembangannya (wikipedia).
Dan Yayasan Asih Budi menerima tunagrahita dari anak-anak (PAUD), remaja sampai orang dewasa, yang masih mau belajar disana. Untuk anak (PAUD), sekolahnya ada di Menteng Pulo dan sekolah untuk remaja sampai dewasa ada di Duren Sawit, dimana aku berada minggu lalu.
Pagi itu, aku diantar supirku kesana. Ketika aku sampai, karena aku sendirian akhirnya aku dituntun oleh seorang dari tim Bu Dewi Motik untuk masuk ke dalam. Dipintu masuk, anak-anak itu duduk bercanda sambil tertawa-tawa. Aku tersenyum kepada mereka. Awalnya, mereka hanya sekdar melihat aku, yang dituntun dengan jalanku yang tidak biasanya. Ya, siapapun yang melihat aku akan mengatakan bahwa AKU CACAT ….
Its ok, itu adalah kenyataan dan aku sudah terbiasa untuk membalas tatapan orang-orang dengan senyuman. Dan justru senyuman itu lah yang membuat aku semakin bersyukur bahwa aku mau melewati semuanya …..
Begitu juga mereka, kaum tunagrahita, dimana tiba-tiba mereka diam segera ketika mereka melihat aku berjalan “yang tidak biasa dari orang-orang yang biasa”. Mereka melihat aku terus, tanpa suara. Seningga justru aku tertawa dan berkata,
“Heeeeiiiii. koq tiba-tiba jadi diam? Ayo donkkkk. kalian tertawa lagi. Oooo. Kalihat melihat tante jalan seperti in ya? Iya, tante sakit jadi tante ga bisa berjalan seperti kalian”, kataku di depan mereka.