By Christie Damayanti
[caption id="attachment_230562" align="aligncenter" width="595" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
Diskusi tentang iPad terakhir, antara IDKita Remaja dengan Valentino, sebelum mereka menjalankan tugas sebagai asisten penyaji lokakarya.
Sebuah 'teamwork' memang merupakan awal dari sebuah sukses dan sebuah komunitas. Sebuah 'teamwork' bukan hanya antara orang2 yang dianggap mampu saja, tetapi juga antara semua orang dalam komunitas tersebut. Baik dengan orang2 yang dianggap 'mampu' atau senior ( dalam segala hal ), tetapi juga dengan orang2 junior yang mungkin masih muda, baru pertama kali atau dianggap tidak bisa apa2.
IDKita Kompasiana kembali menggebrak, dengan melibatkan anak2 dan remaja dalam IDKita Remaja, yang mereka belum 'terdidik' dengan baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat, apalagi bersosialisasi dengan para pejabat negeri ini. Dan kami sebagai tim IDKita Kompasiana, sangat yakin bahwa mereka mampu menjadi anak2 dan remaja yang bisa membanggakan bangsa.
Adalah Ben Barka, Dennis, Hendra, Michael, Lourdes, Pricilla serta Michelle, yang tergabung dengan IDKita Remaja, yang kemarin menjadi 'bintang' diantara ibu2 pejabat Indonesia. Kami sengaja mereka memakai seragam sekolahnya masing2 sebagai 'point of interest' diantara peserta seminar. Seperti yang beberapakali sudah aku tuliskan di Seminar 'Game Online' - Kominfo : Ketika Kreatifitas Anak dan Remaja Berseberangan dengan Dampak Negatifnya dan Kompasianival 2012: Remaja-Remaja IDKita yang Luar Biasa!, kemarin hatiku tergetar beberapa kali ketika mereka dengan penuh percaya diri, membuat gebrakan2 yang sama sekali tidak aku sangka2!
Awalnya, kami agak ragu untuk menempatkan IDKita Remaja sebagai 'asisten penyaji' dalam workshop dan lokakarya kegiatan Hari Ibu kemarin. Bukan masalah dengan pengetahuan mereka dalam bidang teknologi, justru kami yakin bahwa mereka lebih pintar dibanding kami, tetapi mereka belum pernah mengikuti sebuah seminar besar, apalagi sekelas nasional serta mengundang istri2 Gubernur seluruh Indonesia serta istri2 Menteri ( SIKIB ) sekitar 150 orang!
Berkali2 kami membina anak2 dan remaja itu di sekretariat IDKita Kompasiana sampai acara gladi-resik sebelum hari 'H' di Kominfo, kami tetap agak ragu dengan mereka, khusus persiapan mental mereka. Dimana mereka ( Lourdes, Procilla dan Michelle ) terlihat malu2 dan tidak percaya diri. Yang pria lebih berani dengan percaya diri mereka. Apalagi Michelle, satu-satunya yang masih di SMP dan benar2 pemalu .....
Ketika hari 'H' tiba, Valentino memisahkan dirinya untuk persiapan worshop dan lokakaryanya. Aku mendampingi anak2 dan remaja kami dan tim IDKita Kompasiana yang lain bertugas masing2. Aku melihat tempatnya, ada duapuluhan meja yang disusun membentuk lingkaran, dan masing meja sudah diberi nama masing2 Ketua PKK di daerahnya ( 34 orang, sesuai dengan jumlah propinsi di Indonesia ) dan ibu2 dari Kowani, Darma Pertiwi, Bayangkhari, dan sebagainya. Dan ada 1 meja melingkar di tengah2 depan untuk Bu linda Gumelar dan Pak Tifatul, bu Joko Widodo serta beberapa istri Menteri.
Aku meminta anak2 dan remaja berpencar untuk mengamati mereka2 yang akan kembali di daerah, karena kami ingin memberikan sebuah buku 'Bukan Ortu Gaptek' ( lihat tulisanku "Bukan Ortu Gaptek": Buku Pertama IDKita Kompasiana ) untuk di'turunkan' ke ibu2 dan organisasi2 di daerha mereka masing2. Ada 34 buku yang kami akan sebarkan lewat anak2 dan remaja kami dan 10 buku untuk istri2 Mentri Indonesia Bersatu ( SIKIB ). Dan merekapun menyebar untuk mengamati pejabat2 itu .....
Dan lagi-lagi, Michelle masih malu2 dan tidak beranjak untuk mengamati ..... *mati aku .....*