Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]?

13 Juli 2015   16:55 Diperbarui: 13 Juli 2015   21:07 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By Christie Damayanti

www.mobileconcreteplant.com

Sebuah negara (apalagi negara berkembang seperti Indonesia), pasti tidak lepas dengan ‘dunia membangun’. Bangunan-bangunan besar dan kecil terus menutupi lahan dataran kota, setiap hari. Bahkan jika negara tersebut ‘lepas kontrol’ dalam membangun, negara akan berubah menjadi ‘hutan beton’, dan lingkungan hidup hanya manusia, yang berkuasa atas segalanya, berkuasa atas makhluk-makhluk hidup lainnya, yaitu tumbuhan dan hewan.

Jakarta adalah ibu kota Indonesia, yang sedang membangun, dan pembangunan Jakarta sedikit ‘lepas kontrol’ dengan banyak pembangunan-pembangunan yang tidak semestinya. Jakarta memang kota yang energik, dengan profesional-profesional andal untuk bisa mengubah Jakarta dengan apa pun yang mereka mau.

Pembangunan Jakarta yang semakin tidak terkontrol membuat Jakarta juga semakin amburadul. Kehidupan Jakarta yang hedonis semakin membuat warga Jakarta semakin tidak peduli satu sama lain, termasuk antara sesama manusia, apalagi dengan lingkungan, termasuk tumbuhan dan hewan yang menjadi sasaran kekejaman Jakarta.

Untuk membangun Jakarta, bukan hanya manusianya, justru pembangunan secara riil konstruksilah yang semakin membuat Jakarta tidak mempunyai lahan untuk penyerapan. Dan hutan beton Jakarta mampu mengalahkan akal sehat untuk mengeruk untung sebanyak-banyaknya dalam mencari uang……

***

Bisa dibilang, di tiap jengkal tanah Jakarta muncul pembangunan. Dari pusat kota sampai pinggiran kota, di mana akhirnya pinggiran kota menjadi ‘penyeimbang’ warga Jakarta untuk bertempat tinggal. Jika berada di pinggiran kota, pembangunannya memang lebih mudah dengan truk-truk pengangkut material. Dan di pinggiran kota kemungkinan besar bisa membangun ‘batching plan’ untuk mengaduk beton ‘ready mix’, daripada beton yang dicampur secara manual. Dan dari situlah, permasalahan terjadi.

Sebuah ‘pabrik beton’, atau batching plant adalah tempat yang menggabungkan berbagai bahan material untuk membentuk beton: pasir, air, agregat (batu, kerikil), fly ash, kalium dan semen. Lalu dicampur dengan mixer, dan ‘kolektor debu (untuk meminimalkan pencemaran lingkungan).

Jadi, terbayang bahwa batching plant atau pabrik beton itu sangat mencemari lingkungan dengan debu-debu. Jika di sana sedang mencampur semua material dengan mixer, dari batu-batu besar terkikis menjadi satu dengan pasir, semen, air serta yang lainnya, berapa besar pencemaran lingkungan di sekitarnya? Sehingga pabrik beton atau batching plant benar-benar harus terisolasi jauh dari pusat kota dan permukiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun