By Christie Damayanti
Mataku terbelalak lebar, tiba2 aku merasakan semangat lagi setelah capai berjalan2 di suatu mall baru di Jakarta Selatan. “Hmmm … food court ini asik juga”, aku katakan dalam hati. Semakin dekat, aku merasakan suasana Betawi Tempo Dulu. Aku dan keluargaku berkeliling menjelajahi food court tersebut, dan semakin lama aku benar2 merasakan suatu ‘sensasi’ yang sangat hebat! Aku memang suka tentang budaya tradisional, baik di Indonesia, maupun di negara2 lain.
[caption id="attachment_86830" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana "][/caption]
Konsep food court ini sangat kental tradisional Betawi, lengkap dengan panganannya, jajan pasarnya, pernik2nya bahkan tempat berjualannya …. Seperti biasa, aku langsung ‘mencatat’ dengan kamera, ‘menghafal’ suasananya dan bertanya2 tentang apa2 yg aku memang ingin ketahui … ( hehehe …, biasa, ‘tukang arsitek’ yg selalu ingin tahu ). Biasanya, kalau ada satpam / atau orang2 manajemen mall di Indonesia ( di negara lain aku sangat menikmati memotret dimana2, tanpa pernah dilarang ….. ) , tidak bisa mem-foto *mungkin takut di tiru*, jadi aku selalu membaca kamera pocket intuk survey ‘abangan’. Dengan sembunyi2 aku memotret dengan detail, itupun aku berhati2 untuk tidak memakai blitz …..
Setelah melihat2 cepat, aku mulai mendetail satu persatu. Dimulai dengan ‘pintu masuk’ kita datang. Disambut dengan jajan pasar. Segala macam jajan pasar ada. Ditumpuk dan berhiaskan pernak pernik dekorasi Betawi.
[caption id="attachment_86831" align="aligncenter" width="300" caption=" "]
Didekat2 situ, ada banyak ‘dorongan’ seperti dorongan yg suka lewat didepan rumah kita : asian Betawi dengan krupuk kuningnya, rujak juhi, es cin cau, tahu tek tek, dan lainya. Wahhhh ….., rasanya aku sdh tidak sabar untuk menikmati suasana dan makanannya ……
Di koridor food court ini terdapat sebuah lumpang, dimana dulu untuk menumbuk padi. Lumpang itu besar, kelihatannya memang sudah tua tetapi di rawat dan tempatkan dengan istimewa.
[caption id="attachment_86832" align="aligncenter" width="300" caption="Lumpang /alu2 untuk menumbuk padi di koridor food court"]
Dekorasi bahan makanan, aku perhatikan adalah makanan2 kaleng / dalam botol lama yg sudah kadaluwarsa. Diatas setiap ‘kios makanannya’ terdapat banyak karung beras / karung terigu, botol2 dan gudang, dan semuanya hanya dekorasi saja. Ada timbangan, botol2 beer, berpeti2 makanan, dan lain2.
Makanan2nya bukan hanya dari Betawi, tetapi seperti layaknya di sebuah food court, terdapat bermacam2 makanan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai makanan Singapore, China dan India. Mataku benar2 di’manjakan’ … dimanjakan dengan makanannya juga dengan konsep desainnya ….. Mungkin ada sampai 1 jam sebelum cari tempat duduk dan memilih makanan, aku mondar mandir di tempat ini. Ada Resto Five Star / chicken Hainan rice dari Singapore, mie kocok dari Bandung, gudeg Malioboro dari Jogja, pindang iga sapi dari Tangerang, Japanese Ramen, sop Konro dari Sulawesi dan sebagiannya ….. wahhhh… sudah mulai tidak sabar nihhhhh …..
[caption id="attachment_86835" align="aligncenter" width="300" caption="Gerobak dorong"]
Kami memilih tempat duduk yg sedikit ‘tersebunyi’ supaya aku bisa sedikit memotret detail. Aku memilih makanan pindang iga sapi, tidak tahu keluargaku memilih apa karena mereka juga bingung …..
Sedang asik2nya makanan, tiba2 ada seorang bapak2 tua menawarkan ‘musik’ untuk mengiringi makan siang kami. Pertama, aku tidak perhatian. Dan setelah bapak tua itu berdiri disampingku, aku baru menatapnya, dan ….. wahhhhh, mataku melotot yg kedua kalinya ….. bapak tua itu membawa sebuah Accordion merah ! Mulus dan terawatt sekali ….. Cantik dan benar2 memukau ….. Aku langsung menghentikan makanku. Bapak tua itu menawarkan lagu. Aku langsung teringat lagu Bengawan Solo ….
[caption id="attachment_86836" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak Imam si "]
Luar biasa ! Suara ini benar2 ‘menyihirku’ ….. Alunan alat ini bisa memperdengarkan suara yg lembut sampai keras, syahdu sampai semangat! Bapak tua itu memainkanaccordionnya dengan sepenuh hati, kadang cepat kadang lambat, kadang wajahnya terlihat syahdu sambil tersenyum kadang wajahnya penuh dengan ‘amarah’ ….. bukan suatu kemarahan, tetapi untuk menghayati lagu yg di mainkan ….. Aku benar2 terpukau …..
Accordion adalah sebuah alat music berbentuk kotak. Seseorang yang memainkan accordion disebut accordionist. Instrumen ini kadang-kadang dianggap sebagai solo band, karena tidak memerlukan instrumen yang menyertainya. Pemain yang biasanya memainkan melodi pada tombol atau tombol pada kana berupa manual dan juga pendampingan. Accordion ini sering digunakan dalam music rakyat Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Selain itu, accordion kadang-kadang digunakan baik dan orkestra pertunjukan solo music klasik.
[caption id="attachment_86838" align="aligncenter" width="300" caption="www.google.com"]
Kami semua menikmati suasa siang itu, sambil makan siang di tengh2 suasana ‘Betawi Tempo Doeloe’, kami juga dihibur dengan music dari accordion. Beberapa lagu aku minta untuk bapak tua itu memainkannya. Bengawan Solo, Jembatan Merah, Selendang Sutra, Melati dari Jayagiri sampai lagu2 Melayu ( aku tidak tau judulnya tetapi sangat menyentuh kalbu ….. ).
Setelah selesai makan, aku menyilahkan bapak tua itu duduk, walau beliau tidak mau. Aku banyak bertanya apa yg aku ingin ketahui. Bapak Imam namanya, sering dipanggil Bapak Imam Accordion. Rumahnya di Kramat Pulo dan memang sering dipanggil untuk solo band dimana2. Beliau punya 3 accordion yg sudah turun temurun. Beliau sedikit menjelaskan ‘bagaimana memainkan accordion ini’. Aku benar2 terpukau ….. inginaku belajar memainkannya ….. sayang, aku masih sakit, dan tangan kanan ku belum bisa digunakan …..
Aku meminta kartu namanya, dan aku langsung menyimpannya di dompetku. Aku berjanji dalam hati, bila aku sembuh dan tangan kananku sudah bisa digunakan, aku akan datangi pak Imam untuk ‘sedikit’ bejalar accordion …..
Pak Imam memang dikontrak di mall ini untuk menghibur para tamu di jam jam makan, setiap Sabtu dan Minggu dari jam 11 siang sampai jam 7 malam. Beruntung kami mendapati beliau sedang ‘dinas’ ……
Sore ini aku langsung menulis tentang yg baru kami alami, Karen aku benar2 terkesan. Mungkin, tidak banyak terkesan tentang Betawi Tempo Doeloe dan sebuah alat music bernama accordion, tetapi orang2 seperti aku sangat tertarik dan terkesan dengan hal2 seperti itu. Aku berharap, konsep area2 tentang desain tradisional dan juga alat music tradisional bisa dilestarikan, bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia, karena itu adalah warisan untuk generasi2 yg akan datang …..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H