By Christie Damayanti
[caption id="attachment_146025" align="aligncenter" width="568" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]
Ternyata, hanya mendengarkan dari sahabatku saja, aku ikut merasakan sakit hatinya, ketika suami sahabatku memperkosa seorang wanita yang memang menjadi WIL ( wanita impian lain ) nya. Duh Tuhan .... Mengapa suami sahabatku seperti itu?
Aku mengenalnya sebagai suaminya sejak lama. Sahabatku adalah seorang wanita yang pendiam tegar dan tidak pernah menyimpan kesalahan orang lain, apalagi kesalahan suaminya. Tetapi, ketika suaminya memperkosa seorang wanita yang memang sudah menjadi WIL nya, sahabatku sepertinya tidak kuat agi untuk menanggung beban yang ada di kepala dan hatinya.
Maya, sebut saja begitu, adalah seorang wanita yang sangat mencintai keluarganya. Dia tidak pernah keluar dengan teman2nya, dia hanya bekerja dan tidak pernah lembur apa lagi pulang malam dan dia tidak pernah membuat keluarganya mengeluh dengan apapun. Maya sangat focus dengan keluarganya dan pekerjaannya, bahkan pekerjaannya akan di kalahkan demi keluarganya. Baginya, lebih baik dipecat dari pekerjaannya ketika dia harus bolos beberapa hari karena anaknya sakit atau karena keluarganya membutuhkan kehadirannya.
Dan Robin, sebut saja begitu, seorang suami yang sangat egois. Seorang suami yang tidak pernah tahu betapa Maya, istrinya, sangat mencintainya. Seorang suami yang maunya hanya bersenang2 saja dengan wanita2 di lingkungannya. Dan seorang suami yang mendambakan banyak wanita di sekitarnya. Maya tahu itu, bahwa Robin sepertinya tidak mencintainya. Maya mungkin mengerti bahwa suaminya hanya mencintai dirinya sendiri saja, walau anak mereka sudah 2 orang.
Cerita Maya padaku :
Suatu pagi, seorang wanita mengirimkan sms untuk Maya, mengatakan
"Saya adalah istri suamimu yang dinikahi karena suamimu memperkosa saya. Percayalah, suamimu bukan orang baik2".
Siapa yang tidak menangis membaca sms seperti itu? Bahwa suami sahabatku ternyata memperkosa wanita lain dan menikahinya tanpa persetujuan dari Maya. Dadaku juga berdesir. Aku juga merasakan hal yang sama, bahwa aku 'sakit hati', sama dengan Maya. Maya menangis berhari2 setelah sms itu tetapi dia tetap idak mau membuka konfrontasi dengan Robin, suaminya. Aku tidak mengerti tetapi aku tetap percaya bahwa Maya sudah memikirkan akibat2nya jika Maya membuka knfrontasi dengan Robin. Maya seakan2 tidak ada apa2 walau dia sering menangisi hidupnya. Dan aku hanya bisa selalu menghiburnya tanpa berbuat apa2 .....
Sms2 berikutnya berurutan dari wanita tanpa nama itu, menceritakan betapa betapa 'bejadnya' Robin sebagai seorangsuami dan sebagai seorang lelaki, ternyata Robin adalah seorang lelaki pengecut, yang hanya memandang dunia ini sebagai tempat untuk bersenang2. Memang, aku dan Maya belum mendengarkan dari pihak Robin, tetapi sebagai wanita, aku dan Maya tetap berpendirian tentang lelaki, bahwa  'semua lelaki adalah egois' ( hehehe ..... sorry yang merasa sebagai lelaki ).