By Christie Damayanti
Kota megapolis (raksasa): ‘ancaman’ bagi ibukota
Aku sangat yakin, banyak sekali perencana kota Jakarta, dan banyak yg pintar2. Mereka banyak mengadakan riset dengan mendatangi kota2 di negara2 maju. Dan konsep2nya banyak yg diakui oleh banyak orang. Konsep2 Jakarta pun, yang ada di RUTR / BWK / RTRW sejak dulu 2005 sampai tahun 2030, disesuaikan dengan perkembangan kota Jakarta saat ini.
Tetapi, apakah pernah kita bayangkan, bahwa bila perencana2 kota Jakarta itu (mungkin) hanya menata Jakarta secara fisik ( kotanya dan warganya ), apakah Jakarta bisa benar2 berkembang sesuai visi dan misinya ? UntukJakarta akan menjadi kota yg berkarakter ?
Jakarta bisa berkembang menjadi Jakarta yg kita idam2kan semua, bila kita menatanya dengan perencanaan yang matang.
Tetapi kelihatannya, karena mereka masih ‘terkejut’ dengan arus deras globalisasi. Banyak dari mereka sering berkelana ke luar negri dan mereka terpesona dengan keadaaan disana, dan ingin ‘memasukkan’ konsep2 itu ke Jakarta, TANPA melihat kondisi Jakarta yg sebenarnya.
Pembangunan seperti ini (yang memasukkan banyak unsur dari luar yang mungkin tidak sesuai dengan jakarta), bukan melulu membangun dengan cara yang lembek, bukan juga membangun dengan kehati2an yang sangat, yang menjadikan Jakarta akan sangat lamban. Bukan. Membangun dengan perencaan dengan seksama, menurutku adalah bagaimana kita semua melakukan pembangunan yang tidak asal2an, dan tidak grasa-grusu. Banyak pertimbangan bahkan penuh pertimbangan, dengan analisa2 yang mendukungnya.
Membangun seperti ini adalah membangun dengan ‘sense’ atau ‘perasaan memiliki’, bahwa kita mencintai Jakarta untuk membuat Jakarta lebih baik!
Misalnya, tentang pemukiman warga kota, bukan hanya sekedar tempat tinggal yang nyaman saja, tetapi juga tentang pemukiman adalah jantung keluarga.Mungkin bisa disebut dengan‘lingkungan kehidupannya’, yaitu dengan lingkungan warga kota, dengagn manusianya, alamnya dengan hubungan antar warga serta networkingnya.
Dan untuk mendapatkan lingkungan kehidupan Jakarta yang nyaman ( Jakarta yg megapolis ), warga Jakarta harus tetap memakai ‘hati’, atau sense atau perasaan memiliki, sehinggakita akan berusaha keras karena ingin terus memiliki tempat yang nyaman untuk rumahnya …..