Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Aku Benar-Benar Surprise! Astaga!

2 Desember 2024   11:11 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Sebagian besar kereja Belanda adalah kereta. Yang aku baca di sebuah referensi, semua negara Eropa termasuk Belanda adalah "negeri heritage", Dimana semuanya masih mengandalkan ke'heritage' an mereka dan menueut mereka, jika yang ada sekarang masih bisa dipakai, mengapa harus membuat atau membeli yang baru?

Mereka lupa bahwa jaman sudah berubah dan dengan konsep mereka, Eropa akan semakin tertinggal di dunia. Ini lang aku akan tuliskan banyak hal, yang pertama ini adalah ketera tua Belanda .....

Sebagian besar kereta Belanda ini ya seperti ini, dengan pintu masuk yang punya 2 atau 3 trap seperti foto diatas ini. Aku bertanya2 dalam hati, dengan logo kursi roda pada pintu kereta (logo disabilitas), sebenarnya konsepnya apa, sih? Dengan adanya 2 atau 3 trap ini??? Apa yang terjadi tentang peraturan2 aksesibilitas dan fasilitas2 kota inklusi?

***

Di stasiun kereta Schipole, lanate basement dari Bandara Schipol, memang ramai dengan warga Belanda yang lalu Lalang para pegawai karena jam segini adalah jam2 sibuk ditambah turis2 asing termaauk aku yang baru datang dari bandara dan mencari transportasi umum naik kereta.

Stasiun kereta ini berada di bawah bandara dengan bangunan seteah mpdern. Terlihat dinding2 nya masih sedikit kono dengan warna terang, dan beberapa jalur kereta api yang aku lihat disana.

Beda sekali ketika aku selalu ke Jepang dari Narita Airport dan turun ke Stasiun kereta Narits yang juga tepat dibawah bandaranya, Suasana ramainya sangat berbeda. Di Jepang, suara2 pengumumnan berbahasa Jepang terus terdengar dan bunyi peluit petugas ketika kereka berangkat, sangat memberkas.

Belum lagi "semangat Jepang", itu benar2 terasa. Berteriak, berlari2, anak2 muda Jepang atau eksekutif2 nya saling mengejar kereka. Sementara pegawai2 tuanya tetap bergerak lambat seiring dengan kerentaraan mereka, tetapi mereka tetap terus bergerak, salah satunya selalu mengantar aku untuk membuka jalan kursi rodaku .....

Di stasiun kereta Schipol, memang ramai tetapi aku tidak merasakan getar2 semangat yang membara. Yang aku merasakan yang berbeda adalah mereka, warga Belanda atau turis asing yang ada disana, bergerak dengan tidak cepat dan tidak juga lambat.

Yang jelas adalah mereka tidak berteriak2 saling mengejar kereta dan anak2 mudanya pun lebih santai sambil bersiul2 dibanding anak2 muda di stasiun kereta Narita yang sambil merdendang teapi berlari2 cepat atau bergerombol dengan teman2nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun