By Christie Damayanti
Aku menyusuri gang2 kecil, kadang sempit tetapi tidak kumuh, dan melihat dinding2 tua yang terkelupas, sehingga aku dengan leluasa mengamati material2 yang berkolaborasi antara tanah liat dengan rumput jerami.
Mungkin, aku tidak akan bisa blusukan di Jakarta, negeri tercintaku sendiri, untuk masuk ke gang2 kecil dan sempit, karena tidak bisa membawa kursi rodaku.Â
Mungkin juga, jika pemda Jakarta pun sudah memperbaiki fasilitas gang2 perkotaan Jakarta dan bisa dimasuki oleh kursi rodaku, aku juga tidak akan kesana karena factor keamanan.
Itu memang baru mereka2, jika Jakarta sekarang sudah ramah disabilitas, tetapi tetap kemananya sangat rentan dengan berbagai alasan. Yang terutama adalah memang warga Jakarta sangat padat, sehingga masalah kemananan sangat rawan .....
Skip dahulu tentang wilayah perkampungan perkotaan Jakarta .....
Aku ingin membahas bagaimana aku bisa keluar masuk gang2 perkampungan perkotaan, dalam hal ini adalah perkampungan perkotaan ibukota Tashkent. Aku berjalan2 di beberapa lama aku disana ditemani oleh Zoyir untuk mengamati bagaimana kehidupan warga disana yang berada dalam rumah2-landed di ibukota Tashkent.
Apakah sama dengan kehidupan pekampungnan perkotaan ibukota Jakarta atau kota2 lainnya di seluruh dunia?
Bagaimana mereka beradaptasi dengan keadaan kehidupan mereka dalam perkotaan?
Atau, bagaimana sesungguhnya kehidupan mereka untuk survive di Tashkent?
***