By Christie Damayanti
          Pemandangan ibu kota Uzbekistan, Tashkent, dengan ratusan apatemen peninggalan Uni Soviet berlantai 4, 5, 9 dan 16 .....
Â
Selama kami menjelajah blusukan di ibukota Uzbekistan, Tashkent musim panas 2024 ini, aku memang ingin sekali mengeksplore banyak hal, terutama yang berhubungan dengan arsitektur, perkotaan, permukinan, disabilitas serta kehidupan sosial warga local, karena itu semua berhubungan satu sama lain.
Salah satu yang banyak membuat aku selalu bertanya kepada Zoyir adalah "Mengapa?"
Karena memang ada beberapa hal yang untukku sulit kumasukkan dalam otakku "mengapa begitu, mengapa begini", dan kadang2 Zoyir bisa menjawabnya dan aku mengerti, tetapi ada juga yang Zoyir tidak bisa menjawabnya, lalu setelah di rumah aku langsung googling untuk mencari jawabannya .....
Ada sebuah pertanyaan yang ada di kepalaku, "Mengapa demikian", ketika kami blusukan dan melihat serta mengamati apartemen2 mereka sejak jaman Uni Soviet, dan ternyata apartemen2 tua itu selalu berlantai 4, 9 dan 16. Kadang2 ada yang berlantau 5.
Tidak ada yang berlantai 6 atau 7 atau yang tidak kutuliskan diatas. Itu memang di jaman sebelum kemerdekaan dari Uni Soviet, entah sampai sekarang, apakah ada apartemen2 modern yang berlantai diatas 16.
Jika apartemen yang berlantai 4, aku makhlum dan sangat mngerti. Karena, bangunan berlantai 4 masih dijinkan untuk tidak harus menggunakan lift. Dianggap, bangunan berlantai 4, masih mampu para penghuni naik turun tangga tanpa menggunakan lift atau alat bantu.
Tentu saja, berbeda jika ada orang tua, ibu hamil atau disabilitas pemakai kursi roda, sepertinya si penghuni itu harus berada di lantai dasar.
Itu juga yang terjadi di Jakarta dan Indonesia bahwa apartemen berlantai 4 (yang biasanya dibangun oleh pemerintah sebagai rumah susun sederhana), yang tidak di desain dengagn alat bantu lift karena untuk murah bagi masyarakat Indonesia yang berda dalam Tingkat ekonomi kebawah.