By Christie Damayanti
Ketika kebanyakan orang memikirkan Uzbekistan, pikiran mereka langsung tertuju pada arsitektur Islam Registan yang menakjubkan di Samarkand, Menara Kalyan yang menjulang tinggi di Bukhara, atau kota tua Bukhara dengan Ark-nya yang bertembok. Yang jarang dari calon wisatawan, mendengar tentang makanan Uzbekistan.
Aku mengerti sekali, karena bagi kita sebagai wisawatan, apa yang kita kejar untuk traveling adalah wisatanya. Wisata alam atau apapun. Baru sekarang saja, aku mendengar sebuah trend baru tentang "wisata kuliner".
Uzbekistan sendiri, berbagi sebagian besar tradisi kulinernya dengan Turki serta menyajikan sejumlah besar hidangan mie dan pangsit yang sangat mirip dengan negara-negara lain di Tiongkok, Nepal, dan negara-negara Asia Timur lainnya. Tentu saja, dengan bumbu-bumbu khas Uzbekistan, seperti yang aku cicipi di sana saat itu.
Misalnya, tentang pangsit.
Di Indonesia disebut pangsit, ada yang direbus dan ada yang digoreng. Di China, pangsit goreng atau bakar disebut Kuo Tie, banyak terdapat di Glodok atau restoran-restoran China tertentu di bilangan Jakarta Kota. Dan, di Jepang, disebut Goyza. Ada yang di goreng atau dipanggang. Rasanya, ya... tetap berbeda .....
Untuk Uzbekistan sendiri makanan pokoknya sepertinya adalah daging, baru karbohidrat menjadi sampingannya, hihihi .....
Daging-daging yang popular di sana adalah daging sapi, daging domba, daging ayam, dan daging kuda! Astaga! Tidak terpikir bahwa Uzbekistan banyak mengkonsumsi daging kuda, karena selama aku di sana, aku tidak pernah melihat seekor kuda pun! Kecuali di hari terakhir di Tashkant!
Karena ketika aku di sana, sungguh awalnya aku senang sekali karena tubuhku sangat membutuhkan protein dari semua daging yang ada di sana. Tetapi, sungguh juga, lama-lama perut terasa begah ketika setiap makan dari pagi, siang, dan malam, selalu add daging yang luar biasa banyaknya!