By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi - Aku, Hartono Wu dan Prof Paolo dari Italia di SIT Singapore Institute of Technology
Aku ke Singapore memang bukan hanya untuk berjalan2 sambil liburan tanpa memikirkan pekerjaan. Bukan. Aku berkali2 ke Singapore selama tahun 2022 lalu, adalah untuk research dan survey. Bagaimana aku bisa membawa klonsep2 baru tentang disabilitas, yang mungkin bisa diterapkan di Jakarta, khususnya.
Berawl dari hanya sendirian tanpa teman apalagi tim untuk research dan survey ini, lama2 teman2ku lewat Facebook yang tahu keberadaanku disana, menghubungiku untuk bertemu. Dan, setiap aku ke Singapore aku selalu dilindungi oleh "malaikat pelindungku" mas Kardy Chiu dan Nadry Halim seorang arsitek muda yang dulu pernah bekerja magang di tempat aku bekerja seskarang di Jakarta, dan dia sekarang menuju seorang arsitek muda berbakat di sebuah konsultan arsitektur di Singapore .....
Setiap kali ke Singapore pun, selalu ada teman batu selain dari 2 sahabat2ku diatas. Salah satunya adalah Hartono Wu, seorang yang pintar dalam dunia perencanaan sipil. Dulu, dia adalah mahasiswaku ketika aku masih mengajar sebagai dosen di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Hartono Wu adalah salah satu mahasiswaku terpintar dan setelah lulus dia mengambil S2 dan S3 di beberapa negara dan sekarang dia tinggal di Singapore Bersama istrinya, dan mengajar di salah satu universitas terkenal juga di Singapore.
SIT atau Singapore Institute of Technology adalah universitaw atau institute yang cukup terkenal di Singapore, tempat Harono Wu mengajar. Dan, suatu saat sebelum aku ke Singapore saat itu, dia menghubungi aku untuk bertemu jika aku ke Singapore.
Denagn senang hati aku menjawab "iys", dan 2 hari full di Singapore, kami bertemu. Di hari pertama, Hartono Wu mengajakku keliling ke SIT dan bertemu dengan beberapa mitra2nya disana, salah satu bergelar profesor dari Italia, Prof Paolo.
Pagi2 aku dijemput Hartono Wu di hotelku di Joo Chiat. Dia belum tahu bahwa aku full mandiri walau hanya dengan kursi roda ajaibku, sehingga pagi itu dia berkeras menjemputku, supaya aku tidak nyarsar, hihihi .....
Aku tahu, dia memang seorang ex mahasiswaku yang terbaik. Baik dari segi prestasinya, juga dari segi "unggah ungguh" nya antara dosen dan mahasiswa. Dan dia tahu dengan keadaanku yang cacat diatas kursi roda. Sehingga, aku mengerti betapa (mungkin) dia kawatir tentang aku sesndirian di Singapore, sehingga aku memperbolehkan dia menjemputku di hotelku.
Tetapi, maksuddnya adalah supaya awalnya dia tidak perlu kawatir dengan keadaanku. Next, aku yang akan berkeras untuk tidak mau dijemput olehnya, hahahaha .....