By Christie Damayanti
Pintu masuk, sekitar beberapa ratus meter dari jalan raya areqa cagar alam yang sepi, dan riskan untuk aku dan mas Kardy Chiu, dengan kursi roda .....
Â
Suatu ketika, mas Kardy berjanji untuk mengajakku keliling sebuah Sungai yang ada buaya nya. Janji ini sudah dia ucapkan sebelum aku ke Singapore yang kesekian kalinya. Dan, aku sangat excited sekali, teraveling sepanjang Sungai di Singapore yang masih liar, dan melihat buaya di alamnya!
Tetapi ternyata, aku tidak diperkenankan oleh supir bus yang membawaku kesana, karena dianggap akan sangat berbahaya untukku pemakai kursi roda berkeliling seputar Sungai yang dianggap masih sedikit liar secara alam.
Seekor buaya yang mengapung di Sungai Buloh yang benar2 membuat aku sangat excited dan ingin kesana, sekaligus membuktikan tentang aksesibilitas dan fasilitas2 yang ada di sebuah cagar alam di utara Singapore .....
Â
Padahal, aku ingin sekali mencoba kesana. Tetapi ketika mas Kardy Chiu mengajakku kesana dan ketika bus berhenti di titik terdekat ke Sungai tersebut, supir bus benar2 melarangku untuk turun dari bus! Mas Kardy Chiu bernegosiasi denagn supir bus tersebut, dan dia kembali ketempat ku, sambil menggeleng2kan kepalanya ke arahku.
Di dalam bis itu, hanya tinggal aku, mas Kardy Chiu dan si supir bus. Dan, supir bus itu berkata bahwa bus yang akan datang untuk menjemput kami akan datang sekitar lebih dari jam 5.00 sore, belum lagi fasilitas2 di area Sungai liar itu, tentu saja tidak mumpuni, apalagi membawa aku di kursi roda.
Si supir bus benar2 ngitit dan dia tidak mau disalahkan oleh siapapun, walau kami bukan siapa2 nya. Dan, tanggung-jawab si supir luar biasa untuk penumpangnya. Toh, dia sudah dibayar dengan kartu kami, dia bisa saja membiarkan kami pergi tanpa mau tahu apa yang terjasi dengan kami.