By Christie Damayanti
Â
Jepang memang "kaya" dengan kuil, seperti salah satu judul buku ku tentang Jepang dari 13 buku2ku "Negeri Kuil dalam Tokyo Modern". Jadi, akan tidak masuk akal jila di Nagoya tidak ada kuil, bukan?
Apalagi seperti yang aku tuliskan di artikel2ku sebelumnya tentang Nagoya, mengapa Nagoya tidak di blow-up untuk wisata utama dengan kota kuburannya atau dunia misterinya, kuil2 besar dan kecil pasti ada di Nagoya.
Bahkan, di Universitas Chukyo tempat aku janjian bertemu dengan temanmasa SMP ku Profesor Pitoyo pun, terdapat sebuah kuil yang dibatasi dengan pagar transparan, Dimana aku sempat diajak berkeliling walau tidak begitu jauh dari Gedung utama karena waktu beliau terbatas.
Dan akhirnya, kami berjanji untuk bertemu lagi untuk berkeliling seluruh Universitas Chukyo dengan kuil disekitarnya.
***
Seperti yang aku katakana dan aku tuliskan di beberapa artikel sebelumnya, walau aku tidak mengerti tentang Yagoto, sebuah distrik di kota metropolitan Nagoya, tetapi aku merasakan sebuah atau sesuatu yang berbeda.
Di distrik Nagoya ini, terdapat beberapa universitas salah satunya yang aku datangi untuk memenuhi undangan teman jaman SMP di Universitas Chukyo, juga Yagoto merupakan salah satu tempat pemakamanan terbesar di Nagoya, serta ada sebuah kuil di sebelah Universitas Chukyo ini, benar2 membuat aku merasakan sesuatu yang berbeda, sebagai tempat yang unik, sedikit mistis dan membuat aku penasaran .....
Kuil di sebelah Universitas Chukyo itu bernama KoshoJi Temple.
Ksh-ji Temple adalah kuil Buddha Shingon yang terletak di Yagoto, Nagoya, bersebelahan dengan Universitas Chukyo di Jepang tengah.
Dokumentasi www.googlemap.com - Lokasi Universitas Chukyio dengan Kuil KoshoJi, Yagoto Nagoya
Â
Kuil ini didirikan oleh klan Tokugawa dan dibangun pada abad ke-17. Kuil dan kompleks pemakamannya terletak di hutan di Bukit Yagoto. Kompleks ini terdiri dari sejumlah bangunan kayu, termasuk pagoda lima lantai yang selesai dibangun pada tahun 1808. Pagoda ini adalah yang tertua di prefektur Aichi dan ditetapkan sebagai Aset Budaya Penting pada tahun 1982. Wikipedia.
Menurut Prof Pitoyo, temanku yang mengantarku berjalan2 disekitaran Kuil KoshoJi ini, kuil ini dulunya merupakan pusat kawasan ziarah yang berkembang pesat. Termasuk "Festival 1000 Lentera" tahunan juga berlangsung pada kuil ini.
Area sekitar kuil memiliki banyak restoran seperti Kani-Draku, bar dan toko yang sering dikunjungi oleh pengunjung dan mahasiswa dari Universitas Nagoya, Universitas Chukyo, Universitas Nanzan, dan Universitas Meijo di dekatnya.
Menarik sekali, bukan?
Apalagi ketika mahasiswa2 yang ada di 4 universitas sekitar nya itu pun, berlomba untuk mengunjungi tempat tersebut. Tetapi memang sangat disayangkan, ketika aku berada disana akhir bulan Maret adalah libur musim semi, sehingga aku tidak bisa menikmati mahasiswa2 Jepang yang sekarang ini sedang viral dengan penampilannya yang membuat dunia berpaling, hihihi .....
Cerita tentang Kuil KoshoJi ini berawal dari beberapa referensi yang aku baca,
Ternyata, lahan luas Kuil Yagoto-san Kousho-ji terbentang melintasi lereng di bagian timur Nagoya. Tentu saja, ini menambah panjang rasa penasarqanku tentang Nagoya, dan mengapa justru Nagoya tidak menjadi alur utama wisata jepang!
Pasti, banyak sekali yang bisa digali dan menjadi tempat wisata2 yang unik dengan berbagai "landmark" nya. Seperti 4 universitas, pemakaman terbesar di Nagoya serta lahan sangat luas dari Kuil KoshoJi ini.
Pada tahun 1686, salah satu biksu terkenal Tenzui membuka sebuah kuil di antara pepohonan di tengah perbukitan yang damai. Kuil ini kemudian terhubung erat dengan para penguasa penting dari cabang Owari dari keluarga penguasa Tokugawa. Banyak dikunjungi oleh para peziarah.
Kawasan ini meliputi 2 buah bukit, Nishiyama di barat dan Higashiyama di timur. Nishiyama dulunya termasuk tanah di mana Aula Utama dan Pagoda Lima Lantai sekarang berada. Di Higashiya, kita dapat melihat berbagai bangunan, termasuk aula dan menara megah, yang dibangun sejak abad ke-17 di antara pepohonan yang tumbuh subur.
Di dalam kawasan ini kita juga dapat mengagumi satu2nya pagoda kayu di seluruh wilayah Tokai. Dibangun pada tahun 1808, Pagoda Lima Lantai yang elegan ini merupakan Aset Budaya Penting Nasional. Dan dalam dokumen kuno yang disimpan di aula, dan dalam gambar serta peralatan Buddha, juga dapat melihat akar sejarah berusia berabad2.
Untuk setiap generasi selama 330 tahun, gerbang Kuil Yagoto-san Kousho-ji telah dibuka untuk semua orang yang ingin masuk. Hingga saat ini, para biksu muda datang ke sini untuk berlatih dan, lebih dari sebelumnya, masyarakat setempat sering datang hanya untuk berjalan-jalan. Di tanah yang telah lama dihormati, di antara bangunan dan monumen kuno, dikelilingi alam,
Ya, aku sangat bisa menemukan kedamaian ketika aku berada disana ......
Yagoto sendiri, dikenal sebagai kawasan keindahan alam paling utama di Nagoya. Perjalanan hanya 20 menit dari pusat Kota Nagoya dengan kereta dan, setelah hanya beberapa langkah memasuki kawasan tersebut, kebisingan kota hanya akan tinggal kenangan.
Seperti yang aku rasakan ketika aku melangkah keluar dari Stasiun Yagoto, memang Yagoto benar2 nyaman untuk berlajar. Maka dari itu, di Yagoto ada 4 Universitas besar yang pastinya mahasiswa2 itu nyaman untuk belajar.
Sebenarnya, ketika keluar dari Stasiun Yagoto yang terlihat adalah bangunan modern Universitas Chukyo dengan bangunan2 modern lainnya. Tetapi ketika aku masuk ke Universitas Chukyo ini dan tahu ada sebuah Kuil besar KoshoJi, sepertinya aku kembali ke sebuah kehidupan yang antah berantah, dengan bangunan2 kuno nya, khas Jepang.
Disana, aku melihat bangunan2 penting secara historis dan budaya yang terhubung dengan pagar2 terturup dari kami berjalan dari Universitas Chukyo. Tetapi, karena Prof Pitoyo adalah salahsatu orang "terpercaya" disana, maka aku bisa masuk kesana lewat pagar2 yang tertutup.
Dokumentasi pribadi - Prof Pitoyo dengan pagar antara Universitas Chukyo dengan Kuil KoshoJi
Foto atas, adalah Universitas Chukyo dan pagar dengan Kuil KoshoJi dan foto di bawahnya, seorang mahasiswa menuruni tangga Dimana sebelaj kanannya adalah hutan lahan Kuil KoshoJi .....
Sepertinya, tidak ada lampu. Sehingga, aku membayangkan betapa gelapnya area ini jika sudah malam. Terbersit lagi, rasa mistis dan misterius disini, antara sebuah universitas dan sebuah kuil Buddha dengan lahan yang besar ......
Â
Sementara katanya, Â biaya masuk bervariasi tergantung musim.(mulai 500yen) dari pintu utama kuil. Entah Dimana karena panjang Universitas Chukyo ini lumayan jauh dan aku tidak melihat pintu masuk Kuil KoshoJi ini.
Begitu memakusi area kuil, semakin terasa betapa ini sanat unik. Mulai dari Stasiun Nagoya turun dari Shinkansen, lalu aku ke Stasiun Yagoto, keluar dari sana, sangat berbeda, dari full hiruk pikuk Nagoya ke Yagoto yang sepi denagn hanya sesekali melihat dan tersengar suara mobil.
Begitu masuk Universitas Chukyio memang khas kampus sepi dan sunyi apalagi sedang libiran musim semi. Dan, ketika masuk ke pekarangan Kuil KoshoJi, sungguh aku merasakan sebuah kehidupan seperti yang aku baca dan lihat di cerita2 Jepang jaman antah berantah .....
Suara2 gemerisik ketika kami melangkah dengan daun2 yang berguguran karena angin serta tetes hujan rintik karena saat itu memang agak sedikit gerimis. Aku merasakan kesatuan dengan alam dan bangunan2 kaut kuno dan merasakan ketenangan kicau burung, angin sepoi dan desiran dedaunan karena angin merontokan daun2 itu .....
Bangunan pertama dalam penyamutan kami, patung2 dan sebuah rumah kayu di tepi hutan yang membuat suasana yang sangat berbeda sebagai sebuah kuil tua di Yagoto .....
Untuk melebarkan tempat ke semua lahan, memang harus melewati jalan setapak, yang tidak semua ramah disabilitas, seperti tangga2 ini .....
Â
Prof Pitoyo banyak bercerita tentang ini, dan berjalan tidak terlalu lambat supaya aku bisa melihat lumayan luas lahan Kuil KoshoJi ini, tetapi memang waktu nya sangat terbatas,
Selain beliau juga harus mengajar lagi, aku pun harus mengejar kereta. Dari Yagoto aku harus ke Stasiun Nagoya dan menuju Stasiun Nagoya Shinkansen. Mungkin sekitar 45 menit sampai 1 jam untuk aku harus berjalan dan naik Shinkansen, dan waktu sore itu sudah sangat mepet.
Sehingga, ketika semua harus berakhir, Prof  Pitoyo mengantarku ke Stasiun Yagoto, membelikan aku tiket ke Stasiun Nagoya, dan kami berpisah dengan lambaian tangan ketika keretra yang membawaku ke Stasiun Nagoya dai Yagoto, bergerak perlahan .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H