By Christie Damayanti
 Setelah kami naik mobil Liong, langsung kami keluar dari lingkungan bandara Penang untuk menuju hotelku di George Town. Bukan langsung ke hotel sih, baru jam 1.00 siang waktu Penang dan kami berkeliling di ibukota George Town, samil mencari makan siang.
Oya, Penang memang kota terbesar di Malaysia setelah Kuala Lumpur tetapi Penang bukan sebuah kota metropolitan. Sepertinya, mereka menjadikan ibukotanya di George Town, bukan karena suatu maksud khusus. Karena George Town merupakan kota tua dengan deretan ruko2 peninggalan jalam dahulu bergaya China peranakan.
Sebuah kota yang sangat cantik, dengan bangunan2 heritage nya serta pemerintahannya memakai bangunan2 tua heritage tersebut, merupakan penghargaan yang luar biasa bagi sejarah bangsanya.
Aku tidak tahu, apakah mereka juga menambahkan banyak fasilitas2 modern untuk kantor2 nya ang memakai bangunan2 heritage tersebut, tetapi aku sih yakin itu dilakukannya karena mereka pasti memerlukannya.
Sangat menarik ktika kami berputar2 berkeliling ibukota George Town, dan Liong bercerita dengan bahasa campuran Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Aku banyak bertnya tentang kehidupan di Penang, karena aku sangat tertarik dengan ini.
Betapapun yang ada, di Penang sangat similar dengan Indonesia. Kota2 besar di Indonesia, ya seperti Penang yng aku lihat. Bedanya adalah bangunan2 heritage di Penang sungguh dirawat dengan memakainya sebagai bagian dari kehidupan perkotaan mereka.
Ada yang memakainya untuk rumah2 mereka, atau bisnis mereka sebagai toko2 atau restoran. Atau hotel2 hritage yang luar biasa cantik. Mereka atau pemerintah daerah sangat sadar, dengan heritage seperti ini, mereka yakin mampu merebut pangsa pasar dunia (minimal) di bidang wisata. Dan, itu lah yang terjadi ......
Bangunan2 heritage di Penang benar2 asli dari jaman itu, sehingga ada ke-originalitas-an nya yang bisa membuat wisatawan2 seperti aku, baper dengan sejarah Penang itu sendiri. Sayang sekali, ketika Jakarta atau kota2 besar diIndonesia yang mempunyai bangunan2 lama heritage ini, justru meruntuhkan mereka,
Dan membangun bangunan2 baru diatas tanah yang sudah rata. Memang tidak semua, dan saat2 sekarang, beberapa tahun belakangan saja, Indonesia mulai sadar tentang bangunan2 dan kehidupan sejarah kota2 nya. Dan, barulah Indonesia banyak merevitalisasi kota2 itu, merenovasi dan bahkan membangun bru dengan konsep bangunan baru yang disesuaikan dengan yang lama.